Suara.com - Kejadian bencana alam erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) sore, membuat Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meminta seluruh anak buahnya bersiaga dalam mendukung pemenuhan anggaran untuk membantu penanggulangan bencana.
Pernyataan tersebut disampaikan merespons potensi bencana alam yang dimungkinkan terjadi pada akhir tahun ini.
"Saya meminta jajaran Kemenkeu untuk bersiaga dalam mekanisme dukungan anggaran APBN maupun TKDD," kata Sri Mulyani dikutip dari akun instagram pribadinya @smiindrawati Minggu (5/12/2021).
Menurut dia potensi terjadinya bencana alam akan semakin meningkat menjelang tutup tahun, sehingga kewaspadaan dan kesiagapan anggaran perlunya untuk dilakukan.
Baca Juga: Desak Jokowi Copot Sri Mulyani karena Potong Anggaran, Sikap MPR Disebut Kekanak-kanakan
"Dalam menghadapi bencana alam yang berpotensi meningkat menjelang akhir tahun dan awal tahun," katanya.
Untuk diketahui, kabar erupsi Gunung Semeru langsung menjadi perbincangan hangat dan trending di berbagai platfrom. Berikut ini fakta erupsi gunung Semeru.
Diketahui, erupsi Gunung Semeru terjadi sekitar pukul 15.00 WIB dan menyebabkan hujan abu tabul di sejumlah daerah. Bahkan, beberapa rumah dan akses jalan juga ada yang hancur dampak dari erpusi tersebut.
Erupsi Gunung Semeru ini langsung membawa kepanikan warga setempat dan warga daerah sekitarnya. Untuk lebih jelasnya, simak berikut ini kumpulan fakta erupsi gunung Semeru melansir dari berbagai sumber.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan bahwa material lontaran seukuran abu dari Gunung Semeru di Jawa Timur dapat tersebar lebih jauh tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Baca Juga: Badan Geologi Kemen ESDM: Awan Panas Guguran Ancaman Khas Gunung Semeru
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang disiarkan di laman resmi PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada Minggu (5/12/2021), peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru juga menghadirkan potensi bahaya lain, yakni lontaran batuan pijar di sekitar puncak serta awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
Pada 4 Desember 2021 pukul 14.50 WIB teramati ada awan panas guguran dengan jarak luncur empat kilometer dari puncak Gunung Semeru atau dua kilometer dari ujung aliran lava ke arah tenggara (Besuk Kobokan).
"Tetapi hingga saat ini sebaran dan jarak luncur detail belum dapat dipastikan," demikian menurut keterangan PVMBG.
Menurut PVMBG, hasil pengamatan visual menunjukkan bahwa guguran dan awan panas guguran diakibatkan oleh ketidakstabilan endapan lidah lava.
Aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1 dan 4 Desember, menurut PVMBG, merupakan aktivitas permukaan (erupsi sekunder) dan hasil analisis data kegempaan tidak menunjukkan adanya kenaikan jumlah dan jenis gempa yang berasosiasi dengan suplai magma/batuan segar ke permukaan.
Pada Minggu, menurut pengamatan PVMBG, Gunung Semeru melontarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 4.000 meter dari puncak atau 2.000 meter dari ujung aliran lava ke tenggara (Besuk Kobokan).
PVMBG juga mendeteksi gempa vulkanik yang berkaitan dengan letusan, guguran, dan hembusan asap kawah, yang terdiri atas 34 kali gempa letusan, dua kali gempa awan panas guguran, 13 kali gempa guguran, 15 kali gempa hembusan, dan satu kali gempa tektonik jauh.
Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi ancaman bahayanya, PVMBG menyatakan bahwa tingkat aktivitas Gunung Semeru masih berada pada Level II (Waspada).