Suara.com - Penerapan tiket elektronik (e-ticketing) untuk wisata di Kabupaten Bantul kini terus dikembangkan. Pasalnya, hingga kini, merujuk pada data Dinas Pariwisata setempat, partisipasi wisatawan untuk menggunakan tiket elektronik masih di bawah tiga persen.
Disampaikan oleh Kepala Dispar Bantul Kwintarto Heru Prabowo, e-ticketing diharapkan bisa mendorong pembayaran retribusi non tunai atau cashless. Langkah ini, selain mendukung aktivitas yang mencegah penularan Covid-19 juga berguna mengedukasi kemudahan bagi wisatawan.
Hingga kini, pihak terkait tengah mencari strategi yang tepat agar wisatawan terbiasa membeli tiket non tunai.
"Ya akan kami upayakan strateginya. Sosialisasi sebetulnya sudah dilaksanakan tapi wisatawan banyak yang belum siap untuk melakukannya," ujarnya, Jumat (3/12/2021).
Tidak hanya itu, pihaknya juga akan melakukan promosi melalui media sosial dan baliho di spot-spot strategis, serta menyampaikan hal ini melalui aplikasi visitingjogja yang memberi diskon saat reservasi.
"Bisa saja kami promosi mengenai e-ticketing ini lewat cara-cara itu," katanya.
Pada 2022 nanti, penggunaan e-ticketing akan semakin dioptimalkan. Sehingga jika persentase wisatawan yang menggunakan e-ticketing untuk berkunjung ke pantai memang di atas 75-80 persen maka pada 2023 sudah full cashless.
Selain terhindar dari potensi penularan virus corona, dengan metode cashless, wisatawan terhindar dari risiko kehilangan uang. Sebab, membeli tiket masuk ke pantai dengan uang tunai.
"Kalau nanti ndilalah uangnya hilang di jalan karena baru saja beli tiket non tunai," tuturnua.
Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 4 Desember: Positif 48, Sembuh 61, Meninggal 1
Selain itu juga tidak perlu memberi kembalian. Hal itu yang membuat lama saat pengunjung membeli tiket di Tempat Pemungutan Retribusi (TPR) ke pantai. Selanjutnya petugas jaga di TPR pun harus merobek tiketnya.