Hingga pertengahan tahun lalu, terhitung ada 15 ribu pendaftar dengan pengguna aktif di kisaran 1.000 mitra petani yang memanfaatkan layanan dari Agree. Mereka menggunakan aplikasi guna memantau proses agribisnis, seperti pendaftaran kemitraan, pencatatan aktivitas budidaya, pengajuan modal, dan transaksi ke offtaker/pembeli grosir.
Layanan mereka ada di 30 sentra pertanian Indonesia, mulai dari Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Kemudian juga perluasan ke Garut, Jabar untuk komoditas cabai, Malang, Jatim (kopi), Tange, Aceh (kopi), Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumsel (ikan patin).
Di OKU Timur, Agree, berkolaborasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan untuk menyulap masyarakatnya jadi peternak digital. Agree menyediakan layanan dalam mendata database, kemudian menghubungkan dengan perbankan guna peroleh dukungan pemodalan.
Program digitalisasi Kampung Patin dilakukan antara lain pembeli bukan sekedar membeli hasil perikanan, namun sekaligus mendampingi peternak ikan dari proses pra-tanam hingga pasca-panen, termasuk menyediakan sarana produksi perikanan.
Pembeli bisa memonitor proses budidaya di aplikasi Agree berdasarkan data yang diinput oleh peternak, mulai dari informasi kapan tanam, waktu pemberian nutrisi, panen, menyerap hasil panen, dan lainnya. Adapun cara Agree dengan menghubungkan petani dan offtaker ini diklaim mampu menarik para milenial bisa bergabung untuk mendigitalkan petani dan offtaker.
Saat ini, Agree sudah memiliki beberapa fitur kemitraan dengan perusahaan pertanian, permodalan, penjualan dan peningkatan wawasan (agree knowledge) yang ke depannya akan dilengkapi pendukung produktivitas dan kualitas guna menciptakan satu data pertanian.