Suara.com - Varian covid-19 baru yaitu omicron mulai mengancam proses pemulihan ekonomi di beberapa negara, tidak terkecuali perekonomian Amerika Serikat (AS).
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyebut, varian omicron harus jadi perhatian serius semua pihak di AS.
Sebab, meski belum banyak informasi soal varian tersebut, tetapi jika bisa memperpanjang pandemi bisa membuat inflasi, menggangu pertumbuhan lapangan kerja, dan memperburuk krisis rantai pasok
"Kenaikan baru-baru ini dalam kasus Covid-19 dan munculnya varian Omicron menimbulkan risiko penurunan terhadap pekerjaan dan aktivitas ekonomi dan meningkatkan ketidakpastian inflasi," tulis Powell seperti dikutip dari CNN, Selasa (30/11/2021).
Baca Juga: Kekhawatiran Omicron Mereda, Harga Minyak Dunia Kembali ke Jalur Kenaikan
Dalam kesaksiannya yang disiapkan, Powell mencatat ekonomi mengalami pukulan berat di musim panas ketika varian Delta menyerang ke seluruh dunia. Banyak orang Amerika takut bepergian, berbelanja, makan di restoran, dan kembali ke kantor.
Namun demikian, kasus aktif turun sepanjang musim gugur, dan perekonomian meningkat. Powell memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh kuat 5% tahun ini.
Ketika kasus aktif turun, mulai September, pasar kerja pulih, dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,6%, tingkat terendah sejak Mei 2020.
Ekonomi telah surut dan mengalir dengan naik dan turunnya infeksi, dan Omicron mengancam untuk membatalkan banyak niat baik ekonomi yang telah dihasilkan Amerika selama bulan-bulan musim gugur.
"Kekhawatiran yang lebih besar tentang virus dapat mengurangi kesediaan orang untuk bekerja secara langsung, yang akan memperlambat kemajuan di pasar tenaga kerja dan mengintensifkan gangguan rantai pasokan," tulis Powell lagi dalam kesaksiannya.
Baca Juga: Gara-gara Omicron, Duel MU vs Young Boys Pindah Venue
Untuk diketahui, aksi jual juga mewarnai pergerakan Wall Street dan minyak pada hari Jumat setelah mengetahui tentang varian yang berpotensi sangat menular dan lebih tahan kekebalan. Tetapi kondisi itu hanya berjalan sebentar, setelah investor kembali ramai-ramai membeli pasar saham.