Harga Minyak Goreng Diprediksi Masih Mahal Hingga Tahun Baru, GIMNI Ambil Tindakan

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 26 November 2021 | 15:47 WIB
Harga Minyak Goreng Diprediksi Masih Mahal Hingga Tahun Baru, GIMNI Ambil Tindakan
Pedagang sembako merahpikan minyak goreng kemasan di Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten. Jumat (29/10). [Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kenaikan harga minyak goreng yang belakangan mulai terjadi diprediksi terus berlanjut hingga tahun depan.

Hal ini disebabkan oleh turunnya produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di sejumlah negara pemasok jelang tahun baru.

Disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan, harga minyak goreng curah dan kemasan sederhana di tengah masyarakat sudah berada di atas Rp17.500 hingga awal pekan ini.

“Kenaikan harga ini berpotensi terus bergerak bahkan kita sudah prediksi hingga kuartal pertama 2022 pun masih terus meningkat karena termasuk komoditas yang supercycle,” kata Oke dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022 yang digelar Indef, Rabu (24/11/2021) lalu.

Baca Juga: PNS Dilarang Cuti dan Bepergian Selama Libur Nataru, Jika Nekat Ini Sanksinya

Lebih jauh, ia menyebut, potensi kenaikan harga minyak goreng di Indonesia turut terdampak industri hilir CPO yang masih belum terintegrasi dengan kebun sawit.

Akibatnya, produsen minyak goreng terlanjur membeli CPO yang sudah mengalami kenaikan harga di pasar dunia.

“Kalau kita bicara HET memang sebesar Rp11.000 saat penyusunan HET itu harga CPO ada di kisaran US$500 hingga US$600 per metrik ton, saat ini harga CPO mencapai US$1.365 per ton itu langsung berpengaruh pada entitas produsen minyak goreng di kita,” kata dia.

Untuk informasi, produsen minyak goreng dalam negeri bekerja sama dengan pelaku usaha ritel guna mengalokasikan minyak goreng kemasan sederhana dengan harga Rp14.000 kala momen pergantian tahun.

Tak tanggung-tanggung, total alokasi minyak goreng murah itu mencapai 11 juta liter yang didistribusikan ke setiap gerai ritel modern secara nasional.

Baca Juga: Antisipasi Gelombang Ketiga COVID-19, Ini Aturan Lengkap PPKM Level 3 Natal dan Tahun Baru

Berkaitan dengan ini, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengaku, opsi ini diambil guna menekan harga minyak goreng yang naik.

“Melihat kenaikan harga yang demikian tinggi maka diusahakan jangan sampai Rp20.000 per liter, sebagai referensi dipakailah minyak goreng kemasan sederhana itu,” kata Sahat dikutip dari Solopos.com --jaringan Suara.com.

Inisiatif ini diprakarsai oleh GIMNI bersama dengan Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI). Keduanya juga menggandeng Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) untuk memastikan distribusi minyak goreng yang dipatok seharga Rp14.000 di gerai ritel modern.

“Supaya tidak terjadi spekulasi di pasar tradisional makanya kita melalui ritel ada Aprindo yang menjamin bahwa harga tidak akan dinaikkan di atas Rp14.000,” kata dia.

Minyak goreng murah direncanakan tetap bertahan hingga komoditas strategis tersebut kembali normal seusai siklus komoditas CPO.

“Kami akan terus melihat pergerakan harga, kalau harga CPO cost, insurance dan freight (CIF) Rotterdam masih di angka US$1.500 kita masih akan tetap jalan, target kita sampai di kisaran harga US$1.100 lah, menurut perhitungan kami setelah semester II/2022,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI