Suara.com - Ibarat sebuah penyakit, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dampak kenaikan laju inflasi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS) bisa berdampak komplikasi bagi sejumlah negara lainnya termasuk Indonesia.
Dia bilang meningkatnya angka inflasi ini membuat Bank Sentral AS The Federal Reserve (The) berencana untuk mengerek naik suku bunga acuannya.
"Kenaikan suku bunga di AS menimbulkan komplikasi di negara berkembang, outflow yang menimbulkan pelemahan nilai tukar rupiah dan menimbulkan dampak ekonomi domestik," kata Sri Mulyani dalam acara Squawk Box, Rabu (25/11/2021).
Untuk mengatasi dampak kenaikan suku bunga tersebut, Sri Mulyani menerangkan pemerintah Indonesia akan terus bersikap waspada, apalagi kata dia saat ini pemulihan ekonomi telah berjalan kearah yang lebih positif, seperti halnya neraca perdagangan dan pembayaran Indonesia.
Baca Juga: Satgas BLBI Diminta Kerahkan Segala Upaya Kumpulkan Hak Negara Rp110,45 Triliun
"Current account surplus 1,5 persen ini jauh lebih baik dibanding taper tantrum," ujarnya.
Di samping itu kepemilikan asing pada surat berharga negara (SBN) juga semakin kecil sehingga menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih baik. Defisit APBN juga semakin mengecil seiring dengan pemulihan ekonomi yang mendorong penerimaan negara.
"Kami dengan BI (Bank Indonesia) akan koordinasi mengawal perekonomian di dalam menghadapi dinamika global yang tidak bisa kita kontrol, kebijakan di AS, Eropa, dan menimbulkan spill over besar," pungkasnya.