Suara.com - Kalangan analis menilai PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel punya potensi pertumbuhan kinerja keuangan yang lebih pesat dalam jangka panjang.
Peluang bertumbuh tersebut didukung oleh posisi Perseroan yang memiliki menara telekomunikasi terbanyak dan tersebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Ini sangat sesuai dengan rencana kebutuhan para operator telekomunikasi ke depan yang akan expansi coverage secara agresif khususnya di luar Jawa dimana 57% tower Mitratel juga berada di luar Jawa.
Dalam risetnya, para analis juga menyebut bahwa anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tersebut mempunyai kejelasan rencana pengembangan bisnis baik melalui akuisisi (anorganic) maupun organic disertai keunggulan lokasi tower.
Baca Juga: Resmi IPO, Mitratel Diharapkan Jadi Transformasi Penting Telkom Group
Mitratel dinilai sangat siap menangkap peluang dalam menyambut era 5G karena lebih dari 50% menara Mitratel bersifat fiber-ready. Sejalan dengan 5G dengan dukungan fiberisasi Mitratel juga dapat mengembangkan portfolio lain diantaranya edge computing dengan memanfaatkan space yang ada.
Menurut analis Verdhana Sekuritas Indonesia Nicholas Santoso dan Raymond Kosasih, Mitratel memiliki potensi pertumbuhan organik yang pesat dalam jangka panjang, seiring masih besarnya potensi penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia.
“Kami memberikan outlook positif terhadap bisnis menara telekomunikasi di Indonesia, seiring dengan pesatnya pertumbuhan trafik data di dalam negeri dan sejalan dengan mulai diterapkannya 5G. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap Mitratel,” tulis Nicholas dan Raymond dalam risetnya ditulis Rabu (24/11/2021).
Besarnya peluang pertumbuhan kinerja Mitratel juga didukung oleh posisi perseroan sebagai penyedia menara telekomunikasi terbesar di Indonesia. Posisi tersebut menghasilkan potensi pertumbuhan, khususnya bersumber dari co-location (co-lo) yang tersebar di berbagai daerah.
Hingga Agustus 2021, Mitratel tercatat memiliki 28.030 menara telekomunikasi dengan 42.016 penyewa. Angka tersebut menunjukkan rasio kolokasi 1,5 kali. Menara perseroan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan komposisi 57,3% menara berada di luar Pulau Jawa.
Baca Juga: Emiten Mitratel Resmi Masuk Saham Syariah
Berdasarkan data, rasio kolokasi menara perseroan di luar Pulau Jawa mencapai 1,39 kali dibandingkan di Jawa sekitar 1,64 kali. Hal ini menggambarkan masih besarnya potensi pertumbuhan penyewaan menara perseroan, khususnya di luar Pulau Jawa.
Saat ini, Mitratel diperkirakan menguasai pangsa pasar sebesar 24% di Tanah Air. Angka tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun 2018 yang sekitar 17%. Baru-baru ini, Mitratel meraih dana Rp 18 triliun dari hasil IPO saham. Perseroan melepas sebanyak 22,9 miliar saham atau setara 27%.
“Kami memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) laba bersih Mitratel setelah IPO sebesar 44,8% untuk periode 2021-2023. CAGR pendapatan diperkirakan mencapai 10%,” ungkap Nicholas dan Raymond.
Tak hanya itu, Mitratel diproyeksikan sebagai perusahaan dengan net debt to EBITDA terendah sebesar 0,09 kali pada 2022. Dengan posisi utang yang rendah, perseroan memiliki kemampuan untuk mendapatkan pinjaman guna merealisasikan akuisisi menara dalam jangka panjang.
Berbagai faktor tersebut mendorong Verdhana Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 1.200. Target harga tersebut mengasumsikan EV/EBITDA sekitar 18,1 kali.
Target tersebut juga menggambarkan perkiraan kenaikan laba bersih perseroan menjadi Rp 965 miliar tahun ini dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 602 miliar. Begitu juga dengan pendapatan perseroan diprediksi bertumbuh menjadi Rp 6,88 triliun dibandingkan perolehan tahun 2020 yang sebanyak Rp 6,18 triliun.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi mengungkapkan, Mitratel memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan perusahaan menara telekomunikasi lainnya di Indonesia. Di antaranya, perseroan tercatat sebagai perusahaan menara telekomunikasi terbesar dengan jumlah 28 ribu menara dan tenant sebanyak 42.016 penyewa. Apalagi, sebagian besar atau mencapai 57% menara perseroan tersebar di luar Pulau Jawa dengan tenancy ratio masih rendah 1,39 kali.
“Dengan besarnya perkembangan industri telekomunikasi yang didukung masifnya bisnis digital, pertumbuhan penyewaan menara di luar Jawa bakal tinggi ke depannya. Apalagi, adanya keinginan operator untuk memperluas jangkauan,” tulis Yosua dalam risetnya.
Keunggulan perseroan lainnya adalah kondisi keuangan yang sehat dengan DER 0,9 kali per semester I-2021 dan rasio net debt/EBITDA 2,3 kali. EV/EBITDA Mitratel juga diperkirakan sebesar 15,8 kali dibandingkan dengan rata-rata EV/EBITDA global sekitar 23 kali tahun ini.
“Kondisi keuangan yang sehat tentu akan mendukung ekspansi perseroan. Langkah ekspansi tentu akan mudah dicapai setelah mendapatkan dukungan dana dari hasil IPO saham dengan target penggunaan sebagian dana untuk akuisisi 6.000 menara baru,” terangnya.
Mitratel juga menawarkan pertumbuhan EBITDA yang pesat tahun 2022, setelah mengakuisisi 4.798 menara milik Grup Telkom.