Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto tampak was-was dengan rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang kembali memberi sinyal akan lebih cepat melakukan tapering off atau menaikkan suku bunganya. Kondisi tersebut, kata Airlangga akan berdampak pada kaburnya dana asing dari Indonesia.
"Peningkatan suku bunga, nantinya berdampak pada capital flight di negara berkembang termasuk Indonesia karena di sana tingkat bunganya lebih tinggi dari negara berkembang," kata Airlangga dalam webinar Economic Outlook 2022, Senin (22/11/2021).
Untungnya kata Airlangga, saat ini kondisi likuidtas Indonesia dalam kondisi yang sangat baik, mengingat neraca perdagangan Indonesia sudah mencatatkan surplus 18 bulan berturut-turut, serta devisa yang cukup.
"Kami punya neraca dagang positif dan devisa yang tinggi dan bisa menekan perdagangan," katanya.
Baca Juga: Harga Mati, Menko Airlangga Patok Ekonomi Kuartal IV Wajib Tumbuh 5,6 Persen
Selain itu kata dia, The Fed juga berencana untuk menurunkan tingkat obligasi pemerintahnya hingga 50 persen. Semula direncanakan USD10 miliar menjadi USD5 miliar sampai bulan Juni 2022.
"The Fed diperkirakan akan menurunkan tingkat obligasi pemerintahnya yang direncanakan dari USD10 miliar menjadi USD5 miliar hingga Juni 2022," katanya.
Sebelumnya, The Fed sudah melaksanakan tapering secara bertahap dari stimulus moneter yang berjalan, dan direncanakan akan berakhir pada pertengahan 2022. The Fed juga menyebutkan akan menaikkan suku bunga acuannya pada akhir 2022 mendatang.
Kekhawatiran tingginya inflasi di AS juga memicu spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari rencana sebelumnya, mendukung dolar AS menguat. Sementara harga emas masih bisa bertahan karena bisa digunakan sebagai lindung nilai dari ancaman inflasi.
Baca Juga: Jelang Libur Nataru, Menko Airlangga Wanti-wanti Kasus Covid-19 Meningkat