Pemerintah Perkuat Ketahanan Pangan di Wilayah Timur Indonesia

Sabtu, 20 November 2021 | 15:00 WIB
Pemerintah Perkuat Ketahanan Pangan di Wilayah Timur Indonesia
Food Estate di NTT. (Dok: PUPR)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagian timur Indonesia memiliki pesona tersendiri pada keberagaman budaya dan adat istiadat yang memikat. Saat ini, pemerintah memiliki misi khusus bagi Indonesia timur, yaitu menciptakan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat yang merata, dengan memperkuat ketahanan pangan di wilayah ini.

Sektor ketahanan pangan diperkuat dengan tujuan mengantisipasi krisis pangan di Indonesia, serta melihat peluang besar dalam sektor pertanian di wilayah Nusa Tenggara Timur, yaitu Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Belu.

Food Estate di NTT. (Dok: PUPR)
Food Estate di NTT. (Dok: PUPR)

Sumba Tengah sebagai Penyedia Pangan Indonesia
Lumbung pangan di Sumba Tengah kini menjadi benteng pertahanan pangan di Indonesia timur. Tak hanya mampu menekan angka kemiskinan di wilayah ini, namun juga menjadi zona kawasan industri pangan masyarakat seluruh Indonesia.

Sumba Tengah, yang beribu kota di Waibakul memiliki iklim yang tergolong kering dengan curah hujan rendah, sehingga proses panen di wilayah ini cukup langka, yaitu satu kali dalam satu tahun.

Baca Juga: Tim PUPR Ambil Contoh Tanah di Lokasi Terputusnya Jembatan Perak Lumajang

Peran Kementerian PUPR
Dalam upaya pemanfaatan lahan lumbung pangan di wilayah ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) diberikan tanggung jawab penuh oleh pemerintah dalam mengelola ketersediaan air untuk irigasi, agar terintegrasi dari hulu ke hilir.
Pada tahap awal, lumbung pangan di Sumba Tengah mencakup 5.000 hektare, yang dibagi menjadi dua area, yaitu 3.000 hektare tanaman padi dan 2.000 hektare tanaman jagung.

Food Estate di NTT. (Dok: PUPR)
Food Estate di NTT. (Dok: PUPR)

Program Food Estate di Sumba Tengah dibagi menjadi 5 zona, yaitu
1. Zona 1, di Desa Umbu Pabal;
2. Zona 2, di Desa Umbu Pabal Selatan;
3. Zona 3, di Desa Elu;
4. Zona 4, di Desa Makatakeri; dan
5. Zona 5, di Desa Tanamodu, Kecamatan Katikutana Selatan.

Dukungan sumber daya air di Food Estate Sumba Tengah meliputi;
1. Pembangunan embung;
2. Pembangunan jaringan irigasi; dan
3. Rehabilitasi sumur bor.

Pembangunan embung menjadi salah satu pendukung utama produktivitas pembangunan proyek strategis nasional atau PSN Food Estate di Sumba Tengah.

Pada 2021, area pelayanan irigasi embung akan diperluas menjadi 200 hektare, dengan kapasitas tampung mencapai 850.000 meter kubik dan pengerjaan sumur bor sebanyak 7 unit, berkapasitas 6 liter per detik.
Transisi capaian kinerja yang sudah berjalan tahun 2021 berupa:
1. Pembangunan 3 embung dan jaringan irigasi di Kecamatan Katikutana Selatan
2. Rehabilitasi 3 sumur air tanah dan jaringan irigasinya
3. Pembangunan jaringan irigasi embung Loku Jangi 200 hektare di Kecamatan Umbul Ratunggay Barat sebagai tahap 1

Baca Juga: Berkat Pamsimas, Sistem Air Adat Tengger Jadi Berkah bagi Warga dan Wisata Nasional

Ke depan, rencana pengolahan lumbung pangan atau food estate di Sumba Tengah akan diperluas menjadi 10.000 hektare, dengan pembagian 5.600 hektare untuk tanaman padi dan 4.400 hektare untuk tanaman jagung, salah satunya di Desa Manu Wolu, Kecamatan Mamboro.

Belu sebagai Food Estate Skala Besar
Di wilayah timur lainnya, food estate atau lumbung pangan juga dikembangkan di Kabupaten Belu, Atambua. Belu merupakan salah satu daerah terdepan dari 21 kabupaten di Nusa Tenggara Timur, yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.

Kondisi Belu yang sangat asri dan subur membuat sebagian besar masyarakatnya memilih bertani sebagai mata pencaharian utama. Sebanyak 60% masyarakat Belu bertumpu pada sektor pertanian.

Kesuburan daerah tersebut membuat Belu berpeluang besar dalam menghasilkan berbagai bahan utama pangan, diantaranya padi, jagung, dan kacang hijau. Berbagai hasil pertanian tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Melihat potensi tersebut, pemerintah mengembangkan Belu sebagai lumbung pangan berskala besar di wilayah timur. Lahan lumbung pangan seluas 380 hektare di Belu diharapkan bisa menjadi daerah percontohan di Indonesia dalam upaya mengembangankan ketahanan pangan nasional.

Untuk mewujudkan lumbung pangan di kawasan ini, upaya dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Beberapa bentuk dukungan pembangunan yang diberikan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air di Kabupaten Belu, diantaranya:
1. Rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi, meliputi penggunaan sprinkler di Kabupaten Belu dan pengadaan 250 unit big gun sprinkler;

2. Pembangunan jaringan irigasi air tanah perpipaan sprinkler Kabupaten Belu, meliputi pemanfaatan sumber air dari Bendungan Rotiklot, Haliwen, dan Haekrit untuk melayani kebutuhan air irigasi lahan seluas 156 hektare; dan

3. Rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi air tanah dan air baku, dengan melakukan pemberdayaan air dari 23 sumur air tanah eksisting di Kecamatan Raimanuk, Kakuluk Mesak, Tasifeto Barat dan Tasifeto Timur untuk melayani kebutuhan irigasi seluas 224 hektare.

Upaya pemerintah dalam pengembangan ketahanan pangan di Nusa Tenggara Timur ini terus dikembangkan. Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Belu diharapkan dapat menjadi daerah percontohan di masa depan.

Karena memiliki potensi alam yang sangat besar untuk menjadi kawasan produsen pangan dan lumbung pangan, maka kedua kawasan ini dipastikan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah timur Indonesia. (Hana)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI