Permintaan Benih Sawit Tinggi, Ditjenbun Terima Permohonan SP2BKS Setiap Hari

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 18 November 2021 | 07:19 WIB
Permintaan Benih Sawit Tinggi, Ditjenbun Terima Permohonan SP2BKS Setiap Hari
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia. [perkebunan.litbang.pertanian.go.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Perbenihan Perkebunan Ditjenbun, Saleh Mokhtar mengatakan, permintaan kecambah kelapa sawit saat ini sedang tinggi.

“Setiap hari saya mendapat permohonan Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS), terutama dari produsen benih dalam rangka pembesaran,” kata Saleh pada Webinar “Socfindo Menyapa Petani Sawit, Pastikan Benih yang Anda Tanam Bibit Unggul” yang merupakan kerjasama Media Perkebunan dengan PT Socfin Indonesia ditulis Kamis (18/11/2021).

Permohonan SP2BKS kepada Ditjenbun bila kebutuhan kecambahnya diatas 200.000 butir baik oleh perusahaan perkebunan maupun produsen benih dalam rangka pembesaran benih melalui kerjasama dengan pemilik varietas atau sumber benih.

“Ini momen yang bagus. Banyaknya SP2BKS ke Ditjenbun menunjukkan banyak permintaan untuk mengkecambahkan benih,” katanya lagi.

Baca Juga: Kunjungi Riau, Uni Eropa Bahas Potensi Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Saleh menyambut baik PT Socfindo yang melakukan sosialisasi varietas unggul yang dimilikinya kepada petani lewat webinar ini. Produsen lain yang jumlah totalnya 19 diharapkan melakukan hal yang sama supaya petani mengerti dan menggunakan benih unggul.

Kapasitas produksi 19 produsen kecambah adalah 200 juta butir sedang serapan pasar hanya 50%nya. Indonesia sudah swasembada bahkan berlebih dalam kecambah sawit sehingga produsen didorong mengekspor.

Saleh mengapresiasi Socfindo yang setiap tahunnya mengekspor 3,5 juta kecambah ke berbagai negara.

Benih unggul harus sudah dilepas Menteri Pertanian dan berasal dari kebun induk yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Saleh minta judul webinar ini ditambah pastikan benih yang anda tanam benih unggul bermutu. Hal ini sejalan dengan program Dirat Perbenihan. Bermutu artinya bersertifikat.

Saat ini pemerintah sedang melaksanakan PSR (Peremajaan Sawit Rakyat). Dengan target 180.000 ha/tahun selama 5 tahun, realisasinya masih 220.000 ha, masih jauh.

Baca Juga: Gubernur Kalbar Didesak Minta Perusahaan Sawit dan Tambang Tanggungjawab Atasi Banjir

Salah satu kendalanya adalah ketersediaan benih yaitu tidak tersedia pada saat diperlukan. Kendala ini berusaha diatasi sehingga realisasi PSR bisa dipercepat.
Benih illegitim juga masih banyak yang beredar.

Petani peserta PSR harus benar-benar mendapatkan benih unggul bermutu jangan sampai mendapatkan benih abal-abal ini. Di Jambi kemarin sudah ditangkap komplotan penjual benih ilegitim yang menyasar petani peserta PSR.

Dalam era digital ini salah satu sistim pemasaran dari pembuat benih ilegitim ini adalah penjualan secara online lewat platform market place.

“Saya sudah cek pada 19 produsen ternyata tidak ada satupun yang menjual kecambah lewat platform market place. Karena itu jangan membeli benih secara online dari market place,” katanya.

Petani harus paham kerugian menggunakan benih ilegitim.

“Produktivitasnya pasti rendah karena asal-usulnya tidak jelas, ini merupakan benih terpelanting dari pohon sawit untuk produksi bukan untuk benih,” katanya.

Ditjenbun sangat memberi perhatian pada penggunaan benih unggul bermutu. Produktivitas kelapa sawit saat ini masih 3,6 ton/ha padahal potensi 6-8 ton minyak per ha. Peran benih sangat significant dalam upaya peningkatan produktivitas, sekitar 40-60% bila ditambah dengan penerapan GAP (Good Agricultural Practices).

“Awal yang baik berasal dari benih yang baik. Kalau benihnya jelek dipupuk berapa tonpun tidak akan meningkatkan produktivitas. Benih bukan segalanya tetapi segalanya dimulai dari benih. Kalau benihnya baik kebunnya pasti baik asal dirawat sesuai GAP,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI