Suara.com - BUMN properti, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mendapatkan kontrak baru senilai Rp11,3 triliun di luar pajak, dengan komponen nilai, yaitu 81% dari bisnis konstruksi, 9% dari properti dan 1% dari bisnis lainnya.
Dari nominal itu, ADHI melaksanakan proyek dengan rincian 41% pekerjaan gedung, 32% pekerjaan jalan dan 27% pekerjaan lainnya.
Disampaikan oleh Direktur Utama ADHI Entus Asnawi Mukhson, pemasukan dari proyek-proyek itu 42% diantaranya dari Pemerintah, 20% dari BUMN dan BUMD, 38% dari Swasta dan lainnya.
"Angka di tahun ini naik 82,3% dari angka capaian kontrak di tahun sebelumnya, yakni Rp6,2 triliun pada September 2020. Kenaikan juga terjadi pada laba bersih sebesar 10,6% menjadi Rp17 miliar dari yang sebelumnya Rp15,4 miliar," kata dia pada Rabu (17/11/2021).
Baca Juga: Pakar Minta Pemerintah Audit Keuangan Mega Proyek Kereta Cepat jakarta-Bandung
Hingga September lalu, ADHI berhasil mencatat pendapatan senilai Rp7,4 triliun dan merealisasikan CAPEX sebesar Rp388,8 miliar.
Ditambah lagi, ADHI juga mampu mencatat kinerja positif dengan pembangunan proyek strategis nasional, antara lain Jalan To Sigli-Banda Aceh sepanjang 74,2 km dengan progres per November 2021 sebesar 76,4%.
ADHI juga menunjukkan catatan baik melalui proyek pembangunan Prasarana LRT Jabodebek sepanjang 44,5 km dengan progres per November 2021 sebesar 88,1%, dan proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A dengan progres per November 2021 sebesar 23,5%.
Anak usaha ADHI yakni PT Adhi Commuter Properti Tbk. melakukan Initial Public Offering atau IPO yakni melepas 28,6% sahamnya ke publik atau sebanyak-banyaknya 8.011.204.500 dengan kode ADCP.
Baca Juga: Pemkot Bogor Abadikan Bapak Pers Nasional R.M. Tirto Adhi Soerjo Jadi Nama Jalan