Suara.com - Dokter spesialis onkologi dan dokter spesialis kebidanan dan kandungan mengutarakan belum pernah menemukan ada pasien yang mengalami penyakit kanker dan gangguan pada janin karena mengkonsumsi air minum dalam kemasan galon guna ulang. Pakar pangan bahkan menjelaskan bahwa semua air kemasan yang sudah memiliki ijin edar aman untuk dikonsumsi.
Penegasan-penegasan ini terungkap dalam acara webinar diskusi media bertajuk “Keamanan Menggunakan Air Galon Guna Ulang di Tengah Isu BPA” yang menghadirkan dokter spesialis onkologi Dr. Bajuadji SpB (K) Onk. MARS, dokter spesialis kebidanan dan kandungan Dr. M. Alamsyah Azis, SpOG(K), M.Kes., KIC, dan pakar pangan dari Universitas Trilogi Hermawan Seftiono, SSi, M.Si.
Dokter Bajuadji menjelaskan kanker itu merupakan sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel abnormal yang dapat menyebabkan kematian. Kanker itu dibagi dua, yaitu yang solid (padat) seperti kanker payudara, kanker usus besar, kanker paru, tulang, prostat, dan yang non solid seperti kanker darah (leukemia).
Disampaikan, etiologi kanker itu ada yang berasal dari dalam dan dari luar. Menurutnya, faktor internal ini paling dominan, dimana 85% keganasan kanker itu diturunkan secara genetik, sehingga terjadi kegagalan repair dari sel DNA ke gen yang akan menjadi gen abnormal yang menetap. Ini yang akan menjadi sel kanker.
Baca Juga: Kemenperin Tolak Labelisasi BPA Pada Kemasan Pangan
Sedang dari faktor eksternal atau lingkungan bisa disebabkan zat kimia, radiasi, sinar ultraviolet atau zat karsinogen misalnya zat pewarna, atau formalin yang ada pada makanan yang memicu terjadinya keganasan.
“Jadi, penyebab kanker yang paling utama adalah faktor genetik. Kedua faktor lingkungan misalkan kebiasaan merokok, minum alkohol, terpapar sinar ultraviolet dari matahari, radiasi ionisasi. Kemudian faktor makanan yang mengandung zat kimia yang bersifat karsinogen seperti zat pewarna dan formalin. Ada juga karena virus dan karena penggunaan hormon sehingga terjadi ketidakseimbangan hormone,” ujar dokter Bajuadji ditulis Rabu (17/11/2021).
Yang jelas, katanya, belum pernah ada orang terkena penyakit kanker karena mengkonsumsi air kemasan galon guna ulang.
“Jujur, saya sendiri belum pernah ada pasien yang datang karena riwayat penggunaan air galon isi ulang kemudian mengakibatkan terjadinya kelainan pada tubuhnya atau kelainan pada organ yang lain. Belum pernah ada untuk kasus keganasan (kanker) atau gangguan pencernaan pada orang dewasa itu yang datang berobat ke rumah sakit tempat saya praktek karena mengkonsumsi air galon,” katanya.
Hal senada juga disampaikan dokter Alamsyah. Menurutnya, belum ada seorang ibu hamil yang janinnya terganggu kesehatannya hanya karena mengkonsumsi air galon guna ulang. Dia mengatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kesehatan janin itu adalah asupan gizi.
Baca Juga: Greenpeace: Waspadai Dampak Migrasi Mikroplastik Galon Sekali Pakai
“Jadi, seorang calon ibu itu harus memiliki asupan gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilannya. Makronutrien dan mikronutrien selama hamil akan sangat berdampak terhadap suplai kebutuhan gizi bagi pertumbuhan janin. Artinya, apa yang dimakan yang dikonsumsi oleh ibu ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dari janin itu sendiri,” ucapnya.
Adapun yang menjadi faktor resiko yang bisa membahayakan ibu dalam kehamilan, menurut dokter Alamsyah adalah kebiasaan merokok, meminum alkohol, penyakit yang sudah diidap ibu terutama penyakit jantung, diabetes, dan keadaan trauma.
“Jadi, saya belum pernah menemukan dari pasien saya ada keluhan karena mengkonsumsi air galon guna ulang,” tukasnya.
Terkait keamanan air galon guna ulang ini, seperti disampaikan ahli pangan Hermawan memang tidak perlu dikawatirkan lagi. Menurutnya, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan terbukti tidak ada migrasi Bisfenol A (BPA) yang terdapat dalam botol Policarbonat (PC) yang ditempatkan pada suhu ruangan 23 derajat celcius selama 24 jam. Sedang jika botol terkena paparan matahari suhu berkisar 30 derajat celcius selama 7 jam hanya ada migrasi sebesar 0,0257 ppm.
Sementara jika diisi air panas 100 derajat celcius selama 30 menit paparan migrasinya mencapai 0,0495 ppm. Sampel-sampel air botol PC itu diambil sebanyak 5 ml lalu diukur absorbannya pada panjang gelombang 275 nm sebanyak 3 kali pengukuran. Itu jauh di bawah batas maksimal migrasi yang telah ditetapkan BPOM yaitu 0,6 bpj.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri, Hermawan juga mengatakan bahwa air galon guna ulang ini telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi karena migrasi BPA-nya hanya 0,033 bpj atau jauh di bawah batas maksimal migrasi yang telah ditetapkan BPOM yaitu 0,6 bpj.
Selain itu, menurut Hermawan, jika sudah memiliki ijin edar, berarti produk air galon guna ulang itu pasti sudah memiliki SNI (Standar Nasional Indonesia). Artinya, sudah melewati aturan pengujian berdasarkan yang ada di laboratorium yang sudah berakreditasi.
“Jadi, sebenarnya dengan memakai air galon yang telah memenuhi standar SNI, produk itu sudah aman untuk dikonsumsi,” katanya.