Suara.com - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akan semakin pulih akhir tahun ini, meski pandemi Covid-19 masih terjadi.
Pada kuartal III 2021, ekonomi Indonesia sudah mampu tetap tumbuh positif 3,51 persen secara year on year (yoy), meski mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya.
"Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia tetap berlanjut dan terjadi resiliensi di tengah lonjakan kasus positif Covid-19," kata Airlangga, Jumat (12/11/2021).
Pada kuartal II lalu, kasus aktif Covid-19 ditanah air lebih rendah dibanding kuartal III, dimana pemerintah kembali harus memutuskan untuk menerapkan PPKM darurat kembali. Tapi di tengah lonjakan kasus aktif tersebut justru kinerja ekspor Indonesia cukup gemilang.
Baca Juga: 87 Persen Ibu Merasa Penat Selama Pandemi, Begini Saran Psikolog Mengatasinya
"Kita masih bisa tumbuh positif terdorong oleh ekspor yang mencapai 29,16 persen (yoy) dan impor 30,1 persen (yoy)," katanya.
Tak hanya itu, kata dia, beberapa sektor ekonomi lainnya juga memiliki resiliensi yang cukup baik pada kuartal III tahun ini, seperti sektor industri pengolahan yang tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi yaitu 3,68 persen, pertanian juga mengalami pertumbuhan, demikian pula kegiatan terkait properti.
“Ini membuktikan kebijakan PPnBM mempunyai impact kepada sektor riil baik pengolahan maupun di sektor real estate,” katanya.
Selain itu, sektor yang tumbuh tinggi yang dibantu juga oleh supercycle harga komoditas adalah pertambangan yang tumbuh 7 persen, kesehatan tumbuh 14 persen dan perdagangan yang masih bertahan di 9 persen.
Sementara itu, untuk mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Menko Airlangga menjelaskan bahwa domestic demand bergantung pada mobilitas. Seluruh provinsi saat ini berada pada level 1 dan 2. Hal ini tentu ini sangat mempengaruhi mobilitas.
Baca Juga: Penanganan Pandemi Dihantam 5099 Berita Hoaks, Paling Banyak Tersebar di Facebook
Diharapkan masyarakat tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar Covid-19 bisa terkendali dan pertumbuhan ekonomi bisa terus berlanjut.
“Indeks Keyakinan Konsumen per Oktober 2021 sudah masuk dalam fase optimis atau berada pada angka 113,4, lebih tinggi dibandingkan 95,5 pada September 2021. Penjualan eceran juga sudah naik ke 5,2 sehingga tentu dari segi sisi itu kita terlihat cukup baik. Kemudian kita lihat PMI Manufaktur juga sudah berada pada 57,2. Jadi sebetulnya optimismenya ada. Jika pandemi bisa dikendalikan dan kita jaga sampai dengan Q4, maka pada Q4 tahun 2021 belanja Pemerintah diperkirakan akan bisa meningkat,” kata Airlangga.
Untuk sektor otomotif, diperkirakan sampai akhir tahun 2021 terdapat 850.000 penjualan. Ini jauh lebih baik dibanding tahun 2020 yang sebesar 600.000 penjualan. Meski masih di bawah angka normal, Pemerintah berharap pada tahun depan 2022 dapat mencapai 1 juta penjualan.
Dari segi perbankan, untuk restrukturisasi maupun penanganan keperluan perbankan telah diperpanjang sampai bulan Maret 2023. Adanya kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan suku bunganya, Pemerintah juga bersiap dan mengantisipasi hal tersebut. Pemerintah juga memutuskan melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk menjaga daya beli.
Selain itu cadangan devisa yang baik, Neraca Perdagangan Indonesia yang juga positif, dan IHSG serta kurs rupiah yang cenderung stabil, membuat Indonesia semakin optimis mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional secara year on year.
"Faktor perekonomian tetap tumbuh adalah stabilitas ekonomi terjaga, harga komoditas ekspor baik, dan daya beli yang tetap terjaga pada masa pemulihan ekonomi," kata dia.