Serangan Siber Bisa Mengancam Sektor Perbankan

Selasa, 09 November 2021 | 18:45 WIB
Serangan Siber Bisa Mengancam Sektor Perbankan
Ilustrasi serangan siber. [Gerd Altmann/Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Serangan siber bisa terjadi di mana saja, terutama sektor perbankan. Tercatat 5.000 pengaduan penipuan (fraud) yang masuk ke website Kementerian Komunikasi dan Informatika setiap pekan.

Department Head Information Security Division Bank Rakyat Indonesia Irfan Syukur menyebut ada lima kategori ancaman siber utama dalam industri perbankan saat ini: Mobile Devices, Digital Connectivity, Malware, Partnership dan API.

Mobile Devices. Saat ini banyak dipergunakan seperti untuk sistem pembayaran dan lainnya. Meningkatnya jumlah dan jenis perangkat mobile dapat meningkatkan risiko serangan siber.

"Kedua, Digital Connectivity atau konektivitas digital dari peningkatan eksposur data penting melalui adopsi sistem digital dan interkonektivitas," kata Irfan dalam webinar InfobankTalkNews, Selasa (9/11/2021).

Baca Juga: BRI: Pembentukan Ekosistem Ultra Mikro Dapat Apresiasi Positif

Malware. Kecanggihan semakin mudah diakses dan otomatis melampaui kemampuan pertahanan saat ini.

API. Penggunaan vendor pihak ketiga yang menimbulkan risiko di luar kendali langsung.

"Dan kelima, kemitraan melalui konvergensi cyber komersial dan pemerintah," kata dia.

Department Head Security Technologies and Services Q2 Technology Henrico Perkasa menambahkan  ada beberapa langkah yang perlu dilakukan setiap perusahaan ketika ingin mulai meningkatkan keamanan digital.

Salah satunya, memahami lingkup divisi yang ingin ditingkatkan keamanannya. "Kemudian, kita lakukan penetapan kebijakan policy terhadap IT, konfigurasi diperangkat IT dan batasan apa saja yang perlu dipantau," kata dia.

Baca Juga: BRI Raih Best PR Programme in ASEAN dalam The 3rd ASEAN PR Excellence Awards

Untuk langkah ke depan, Q2 Technology menyarankan agar setiap perusahaan sudah memiliki incident response plan jika terjadi kejahatan siber.

Selain itu, investasi pada teknologi automatisasi seperti machine learning dan artificial intelligence juga dibutuhkan agar tetap relevan di masa digital.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI