Suara.com - Pengembangan UMKM lokal yang berdaya saing menjadi sasaran utama pembinaan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT), yang terus didorong untuk meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan jaminan kepada konsumen.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memfasilitasi pengurusan penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh produk mitra binaan Perusahaan.
Setelah usaha Batik Beras Basah dan Batik Kuntul Perak, kini sektor usaha makanan ringan turut difasilitasi pencapaian Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) dari Badan Standardisasi Nasional (BSN), diantaranya usaha Amplang Ikan Barokah dan Abon Jaya Mandiri. Keduanya telah mendapatkan sertifikat SPPT SNI pada 2019 dan 2020.
Owner Amplang Ikan Barokah Suratmin, mengungkapkan pembinaan PKT sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha yang dilakoninya, baik untuk permodalan maupun pendampingan penguatan kapasitas usaha, hingga akhirnya difasilitasi mendapatkan SPPT SNI pada Desember 2020.
Baca Juga: Pupuk Kaltim Hadirkan Ragam Produk Unggulan Ber-SNI di Indonesia Quality Expo
Pencapaian itu menjadi tonggak kemajuan usahanya yang kini mampu menembus pasar regional dan nasional, dengan total produksi antara 5.000 - 7.000 bungkus per bulan.
Melalui pembinaan PKT, usaha amplang rumahan yang awalnya dia mulai untuk menunjang usaha bakso dan mie ayam di salah satu pasar tradisional Bontang pada 2016, akhirnya diseriusi dengan proses produksi yang jauh lebih baik.
PKT secara rutin memberikan berbagai pelatihan hingga bantuan hibah peralatan untuk menunjang usahanya, yang secara bertahap mampu berkembang hingga kini.
“Termasuk untuk mendapatkan Sertifikat Halal dan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) dari Kementerian KKP juga difasilitasi, karena kami bergerak di usaha perikanan maka SKP wajib ada. Itu semua didapatkan dari pembinaan dan pendampingan PKT,” ujar Suratmin ditulis Senin (8/11/2021).
Setelah beragam promosi dengan pangsa pasar yang terbilang bagus untuk lokal Bontang, PKT pun mendorong usaha Amplang Barokah mendapatkan SPPT SNI, menyusul dua usaha batik binaan yang sebelumnya telah mendapatkan sertifikat serupa dari BSN. Seluruh proses produksi hingga kemasan melalui verifikasi LSPro, hingga akhirnya dinyatakan layak mendapatkan SPPT SNI.
Baca Juga: Menko Airlangga Ingin Peningkatan Potensi Ekonomi Digital untuk Mendukung UMKM
Kini usaha amplang Suratmin telah melayani pasar Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Jawa, hingga Sulawesi. Dirinya juga mampu memberikan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat tinggalnya di Kelurahan Loktuan Bontang Utara, bahkan menjadi lokasi praktik mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia terkait tata kelola hasil perikanan laut.
Suratmin juga mulai membuka sistem penjualan reseller untuk beberapa daerah, dengan potensi pasar yang terbilang sangat baik.
“Semuanya berkat pendampingan PKT hingga kami bisa mendapatkan sertifikat SNI, karena konsumen pasti melihat standar yang kita berikan. Tanpa ada campur tangan dari PKT, kami yakin usaha amplang Barokah belum sampai di titik ini dan masih berskala lokal,” tutur Suratmin.
Hal senada juga diungkapkan Astril Wedy, owner Abon Jaya Mandiri di Kelurahan Loktuan Bontang Utara, yang telah meraih SPPT SNI pada akhir 2019. Dirinya mengaku jika jaminan kualitas yang sesuai SNI, memberikan dampak secara signifikan terhadap perkembangan usaha yang telah dirintis sejak 2017.
Astril mengatakan awalnya kurang optimis mampu mendapatkan SPPT SNI, karena awam dengan pengurusan berbagai dokumen dan persyaratan. Namun dengan pembinaan dari PKT yang tak hanya memberikan permodalan dan promosi usaha, dia didampingi secara intensif hingga berhasil melalui verifikasi tim internal Perusahaan maupun LSPro.
“Jadi awalnya audit mutu dulu dari tim PKT, setelah itu baru LSPro untuk seluruh tahapan proses produksi hingga bahan yang digunakan. Kami merasa sangat dibantu dan didampingi PKT untuk lebih maju hingga akhirnya mendapatkan label SNI,” terang Astril.
Total produksi Astril meningkat tajam, dari awal hanya bisa menjual 50 bungkus abon dalam satu bulan, kini dia mampu memasarkan lebih dari 500 bungkus untuk tataran regional. Potensi pemasaran Abon Jaya Mandiri juga tak main-main, mencakup seluruh wilayah Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara dan Jawa.
Bahkan Astril tengah menjajaki potensi pasar ekspor, karena permintaan yang juga terbilang tinggi khususnya untuk kawasan Asia seperti Taiwan dan Singapura.
“Awalnya hanya untuk permintaan oleh-oleh dari beberapa teman yang kerja di luar negeri, tapi lama kelamaan makin banyak dan kami coba ekspor. Walau sempat terdampak pandemi, kini penjualan sudah mulai bagus lagi,” lanjut Astril.
Begitu juga dari sisi pemberdayaan, sejumlah ibu rumah tangga sekitar tempat tinggalnya turut bergabung di rumah produksi Abon Jaya Mandiri, sehingga mampu menopang ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Astril berkomitmen untuk terus memberikan jaminan kualitas dan mutu untuk setiap produk.
“Sudah banyak yang dilakukan PKT sehingga kami bisa makin berkembang seperti sekarang. Semoga usaha binaan lainnya segera menyusul untuk mendapatkan SPPT SNI, karena sangat bermanfaat untuk kemajuan usaha,” tandas Astril.
VP CSR PKT Anggono Wijaya, menyebut dorongan penggunaan SPPT SNI bagi UMKM binaan, merupakan kesinambungan upaya PKT melakukan pembinaan untuk peningkatan daya saing produk lokal, agar mampu menembus pasar nasional maupun global.
Empat UMKM binaan PKT yang kini telah mendapatkan SPPT SNI menunjukkan produktivitas sangat baik, dibuktikan dengan jumlah produksi serta jangkauan penjualan yang mampu bersaing dengan produk lainnya.
“Hal ini telah menjadi komitmen PKT untuk menghadirkan produk yang sesuai SNI, diikuti seluruh UMKM binaan untuk memberikan jaminan mutu dan kualitas dari setiap produk yang dihasilkan,” kata Anggono.
Sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19, dorongan SPPT SNI terus dilakukan PKT bagi usaha binaan lainnya, agar makin banyak produk UMKM yang mampu meningkatkan daya saing dengan potensi pasar yang lebih luas, sehingga berdampak terhadap ekonomi dan kemajuan usaha masyarakat.
“Minimal setiap tahun ada satu mitra binaan PKT yang bisa tersertifikasi SNI dan beberapa diantaranya kini juga dalam tahap pengurusan. Semoga dengan upaya ini, produk yang dihasilkan makin berdaya saing serta lebih berdampak terhadap kemajuan UMKM lokal,” pungkas Anggono.