Suara.com - Korban dugaan penipuan kripto Squid Game, yang penerbitnya mengaku sudah pailit terus bermunculan. Salah satunya berasal dari China yang mengaku kelihangan dana pensiun sekitar US$28 ribu atau setara dengan Rp400 juta.
Pada Senin (1/11/2021), penerbit kripto Squid Game (SQUID) menghentikan proyek mata uang digital kontroversial itu setelah sebelumnya investigasu media siber AS, Gizmodo menyebut kripto ini adalah penipuan lantaran sama sekali tidak memiliki nilai jual.
Namun beberapa saat lalu pihak pengembang mengklaim proyek mereka diretas hingga tekanan membuat mereka menghentikan proyek yang membuat harga per token sekitar US$0,005506, turun 99,98 persen dalam 5 menit pada 1 November 2021.
“Seseorang mencoba meretas proyek kami hari ini, mulai dari akun Twitter hingga smart contract kami. Kami tidak melanjutkan proyek ini, karena tekanan dari banyak pihak, termasuk peretasan itu. Kami mohon maaf,” sebut pesan di Telegram itu.
Baca Juga: Pendiri Kripto SQUID GAME Ngaku Pailit, Diduga Tipu Investor Cryptocurrency
Mengutip dari Blockchainmedia, harga SQUID kembali naik lebih dari 300 persen dalam 24 jam terakhir, lintas bursa Pancake Swap dan Market Dodo.
Sejak pekan lalu, di laman itu, pihak Coinmarketcap yang juga milik bursa kripto Binance sudah melabeli kripo itu sebagai penipuan berdasarkan laporan dari banyak pengguna di Internet.
Akun Twitter pembuat kripto itu pun sudah dipadamkan oleh perusahaan Twitter, tetapi data lama masih bisa diakses di Coinmarketcap.
Salah seorang pensiunan dari China mengaku jadi salah satu korban dari kasus SQUID, ia mengaku kehilangan dana pensiun sekitar US$28 ribu atau setara dengan Rp400 juta karena ia gunakan untuk membeli kripto SQUID.
“Saya memutuskan untuk berinvestasi di kripto itu, karena kripto itu bagi saya menjanjikan, seiring dengan popularnya film Squid Game. Saya tahu ini adalah tragedi yang memalukan dan saya tidak bagaimana cara mengembalikan uang saya itu,” kata pria itu yang mengaku bernama Bernard dan tinggal di Shanghai, Tiongkok.
Baca Juga: Pemerintah Venezuela Amankan Ratusan Mesin Tambang Kripto Usai Ganggu Aliran Listrik
Bernard juga mengakui sudah menghubungi FBI dan Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) di AS, berharap bisa mencari solusi untuk mengejar pelaku penipuan ini.