Tips Taklukan 7 Puncak Gunung Tertinggi di Dunia dari Pendaki Asal Indonesia

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 04 November 2021 | 05:44 WIB
Tips Taklukan 7 Puncak Gunung Tertinggi di Dunia dari Pendaki Asal Indonesia
Presentasi Nurhuda, Seven Summiter asal Indonesia dalam Webinar Gue Muda. (Foto by Nurhuda)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seven Summits, sebutan untuk tujuh puncak gunung tertinggi di dunia dan jadi impian para pendaki. Ketinggiannya mulai dari 4.884 hingga yang tertinggi adalah 8.850 mdpl.

Ketujuh puncak tertinggi di dunia itu adalah Puncak Carstenz di Pegunungan Jaya Wijaya Indonesia (4.884 mdpl), Vinson Massif di Antartika (4.897 mdpl), Elbrus di Rusia (5.642 mdpl), Kilimanjaro di Tanzania (5.895 mdpl), Aconcagua di Argentina (6.962 mdpl), Denali di Alaska (6.194 mdpl) dan Everest di perbatasan Nepal dan Tibet (8.848 mdpl).

Untuk mencapai seven summit bukanlah hal mudah dan murah, justru tergolong aktifitas yang ekstrem. Banyak tantangan dan risiko yang mengancam nyawa pendakinya. Selain kesiapan mental dan fisik, apa saja yang perlu disiapkan?

Fransiska Dimitri, wanita pertama asal Indonesia yang berhasil mencapai Seven Summit, menuturkan bahwa persiapan utama yang harus dilakukan adalah pengumpulan informasi tentang medan yang akan ditempuh dan melatih fisik sebaik mungkin.

Baca Juga: Viral Pendaki Naik Gunung Buat Cari Duit, Buka Warung Pecel Lele Pakai Tenda

“Pengumpulan informasi meliputi rute, referensi, medan, risiko ancaman dan kecelakaan, risiko penyakit, hingga pembagian tugas dalam tim pendaki,” terang Fransiska dalam Webinar ‘Gue Muda’ dengan tema Pengalaman dan Persiapan Pendakian Gunung Es ditulis Kamis (4/11/2021).

Ia menceritakan untuk kesiapan fisik dan mental, upaya yang dilakukan melalui latihan single rope technique (SRT), latihan beban, berlari, latihan memanjat tebing serta berlatih mendaki. Selain itu, pengetahuan tentang musim pendakian juga penting untuk kita mengatur manajemen pendakian.

Biaya yang perlu dikeluarkan untuk ekspedisi seven summit pun terbilang relatif mahal.

“Kami awalnya berempat, lalu berkurang menjadi tiga orang, sampai berkurang lagi menjadi dua orang yang menyelesaikan ekspedisi, total menghabiskan biaya sekitar Rp5 miliar,” kata dia.

Dalam Webinar yang sama, Nurhuda, yang juga Seven Summiter asal Indonesia, menambahkan bahwa tantangan utama menaklukan puncak di Antartika adalah cuacanya yang tidak bisa diprediksi.

Baca Juga: Salju Gunung Api Tertinggi Di Ekuador Longsor, 3 Pendaki Tewas

“Tidak bisa kita tentukan kapan bisa melanjutkan ke puncak. Harus base on forecast atau ramalan cuaca. Kalau cuaca buruk kita sama sekali ga bisa kemana mana,” ungkap Nurhuda.

Di Antartika, peralatan penting yang perlu disiapkan pendaki yakni high altitude mountaineering boots, Sled, Duffle bag, down suit, google eyes, mitten glove, ice axe, dan lainnya.

Kemudian, Nurhuda pun membagikan pengalamannya ketika mendaki Everest, dimana dirinya bersama tim harus menerapkan chace and carry sebelum mencapai puncak.

Chace and Carry adalah sistem pendakian dimana pendaki akan naik turun membawa sebagian logistic untuk ditimbun. Sistem seperti ini untuk mengatasi jumlah barang bawaan yang banyak pada sebuah eskpedisi, sekaligus upaya untuk ber-aklimatisasi.

“Aklimatisasi sangat penting. Dari basecamp pendaki harus ber-aklimatisasi sekitar dua minggu, tergantung cuaca dan kondisi kesehatan si pendaki,” terangnya.

Berbeda dengan Fransiska, biaya pendakian seven summit Nurhuda dan timnya lebih besar. Itu dikarenakan jumlah tim pendaki yang lebih banyak.

“Kami 10 orang termasuk bersama media, menghabiskan biaya sekitar Rp10 Miliar. Memang besar, makanya penting untuk membuat tim pendukung yang bisa membantu mencari sponsor. Juga perlu bekerjasama dengan media,” jelasnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI