Pandemi COVID-19 Buat Rokok Murah Makin Disukai Kalangan Menengah ke Bawah

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 03 November 2021 | 12:33 WIB
Pandemi COVID-19 Buat Rokok Murah Makin Disukai Kalangan Menengah ke Bawah
Ilustrasi perokok (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian dari peneliti Universitas Indonesia (UI), Krisna Puji Rahmayanti memperlihatkan, 24 persen perokok beralih membeli rokok dengan harga lebih murah pada periode akhir 2020 hingga awal 2021.

Data itu mirip dengan Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) UI dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) yang menyebut, 42 persen dari perokok persisten saat ini berusaha berhemat.

“Di tahun 2020-2021, bahwa 24 persen beralih ke rokok yang lebih murah, ini dikonfirmasi oleh penelitian PKJS UI, intensitas perokok mereka ada potensi kebijakan untuk beralih ke rokok lebih murah,” kata Krisna, dalam Tapak Tilas 1.905 Hari Advokasi Harga Rokok di Indonesia, Selasa (2/11/2021).

“Apa yang bisa dipelajari? Bagaimana harga ini jadi pertimbangan perokok, harga menentukan rokok mana yang mereka pilih,” sambung dia, dikutip dari Solopos.com --jaringan Suara.com.

Baca Juga: Pemerintah Timbang Seluruh Aspek Dalam Memutuskan Revisi PP 109/2021

Bersamaan dengan itu, menurutnya uang belanja perokok memang tidak berubah namun sekitar 37 persen yang mengurangi pengeluaran untuk merokok. 

“Ada kabar gembira, 37,1 persen menurunkan konsumsinya, 42 persen menurunkan konsumsinya di bulan desember 2020, 37 persen menurun di Juni 2020, 42 persen menurun di Desember 2020-Januari 2021. Hal ini menunjukkan bahwa memang ada pertimbangan kondisi ini yang membuat mereka menurun,” kata dia.

Ia menjelaskan, langkah setelah wawancara survei ini adalah mereka yang menurunkan belanja rokok salah satu variabel yang sering disebutkan adalah untuk menghemat kondisi keuangan.

“Harga saat ini membuat mereka harus mempertimbangkan mana yang harus diprioritaskan pada masa pandemi, apalagi dalam kondisi ekonomi yang sulit,” tambah Krisna. 

Ada dua poin yang ia soroti terkait kasus ini, pertama, harga jadi pertimbangan perokok yang masih merokok untuk berhenti atau mengurangi konsumsi terhadap rokok. 

Baca Juga: Pendapatan Cukai Rokok Bapenda Sulawesi Selatan Defisit Rp226 Miliar

Selanjutnya, dampak pandemi Covid-19 jadi salah satunya memengaruhi kemampuan fiskal para perokok tersebut.

Mengutip data dari Komnas Pengendalian Tembakau, tercatat 13,1 persen dalam kurun waktu tiga bulan sejak diumumkan kasus Covid-19 pertama di indonesia mengalami peningkatan belanja merokok di kalangan ekonomi menengah kebawah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI