ADB Restui Utang Indonesia Senilai US$500 Juta Untuk Perbaikan Iklim Usaha

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 02 November 2021 | 08:09 WIB
ADB Restui Utang Indonesia Senilai US$500 Juta Untuk Perbaikan Iklim Usaha
Ilustrasi. [ANTARA FOTO]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pinjaman senilai US$500 juta berbasis kebijakan yang diajukan Indonesia kepada Asian Development Bank (ADB) telah disetujui. Pinjaman ini akan digunakan untuk mendorong lingkungan usaha yang makin kompetitif dan ramah investasi serta pemulihan ekonomi pasca wabah Covid-19.

Indonesia akan mempercepat tiga subprogram dalam Program Daya Saing, Modernisasi Industri, dan Akselerasi Perdagangan (Competitiveness, Industrial Modernization, and Trade Acceleration Program) guna mempermudah langkah-langkah memulai usaha, menarik investasi asing langsung bagi sektor manufaktur, dan menyederhanakan transaksi terkait lahan bagi investor.

Subprogram pertama tersebut juga bertujuan untuk membantu pemerintah meningkatkan layanan logistik, memfasilitasi perdagangan, mendorong penciptaan lapangan kerja, serta memberi insentif bagi perusahaan dalam mengadopsi teknologi baru dan meningkatkan keterampilan pekerja.

"Pinjaman berbasis kebijakan yang diiringi oleh bantuan teknis dan pertukaran pengetahuan, didesain agar menjadi bagian penting dari strategi pemerintah melakukan pemulihan pasca-pandemi Covid-19. Subprogram ini akan membantu Indonesia menciptakan lingkungan yang ramah investasi, memfasilitasi perdagangan, dan membangkitkan dunia usaha," kata Jose Antonio Tan III, Direktur ADB untuk Manajemen Publik, Sektor Keuangan, dan Perdagangan di Asia Tenggara.

Baca Juga: Diperkirakan 2000 Orang Meninggal per Tahun Akibat Covid-19

"Program ini mendukung pelaksanaan strategi kemitraan ADB untuk Indonesia periode 2020–2024, khususnya dalam mempercepat pemulihan ekonomi melalui reformasi," kata dia dalam keterangan tertulis kepada Warta Ekonomi, Senin (1/11/2021).

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, angkatan kerja yang muda, dan pasar domestik yang besar.

Namun, rata-rata pertumbuhan ekonominya masih berkisar di 5%, dan pada 2020 ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang pertama sejak krisis keuangan Asia.

Reformasi struktural juga diperlukan demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, lebih inklusif, dan berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia didominasi oleh ekspor komoditas sehingga perdagangan komoditas  yang kurang stabil akan sangat berdampak pada ekonomi. 

Baca Juga: Hore, Kaltim Zero Kasus Meninggal Akibat Covid-19, 8 Daerah Sudah Zona Kuning

Porsi manufaktur dalam ekonomi Indonesia turun menjadi 20% pada 2019 dari sebelumnya 32% pada 2002. Selain itu, investasi swasta terkonsentrasi pada sektor sumber daya dan perekonomian digital dengan dampak terbatas pada penciptaan lapangan kerja.

Guna mengatasi berbagai kendala pertumbuhan tersebut, pemerintah baru-baru ini melakukan reformasi penting yang luas guna mendorong investasi, menyederhanakan birokrasi, dan mempercepat pembangunan sumber daya manusia. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI