ICFBE 2021: Perusahaan Keluarga Masih Mendominasi Perekonomian Dunia

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 01 November 2021 | 15:10 WIB
ICFBE 2021: Perusahaan Keluarga Masih Mendominasi Perekonomian Dunia
International Conference on Family Business and Entrepreneurship (ICFBE) 2021.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mereka ini memainkan peran penting, karena rata-rata perusahaan keluarga mampu membukukan pendapatan US$1 miliar (atau sekitar Rp14,5 triliun jika memakai kurs saat ini).

Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, saat ini bisnis rintisan atau startup tumbuh bak jamur di musim hujan. Maraknya bisnis startup saat ini pun tak lepas dari peran perusahaan keluarga. Sekitar 85% startup ternyata mendapatkan modal pertamanya dari bisnis keluarga.

Kini, sejumlah bisnis rintisan telah berkembang menjadi Unicorn, dan bahkan Decacorn. Kehadiran startup tersebut diharapkan mampu menginspirasi banyak perusahaan, termasuk perusahaan keluarga, untuk menjadikan krisis justru sebagai peluang bisnis baru.

“Para pebisnis startup tersebut bak peselancar yang justru menjadikan krisis sebagai “gelombang” untuk berselancar, yakni dengan memulai dan bahkan malah membesarkan bisnisnya,” kata Jony Haryanto.

Sementara, Gubernur Bali Wayan Koster, yang juga membuka konferensi, dalam paparannya sangat mengapresiasi penyelenggaraan ICFBE 2021 di Bali.

“Saya berterima kasih atas penyelenggaraan konferensi internasional ini di Bali,” Kata Gubernur Wayan Koster.

“Tema konferensi ini sangat menarik dan relevan dengan situasi saat ini, yaitu On the Path on Recovery: Leadership, Resilience, and Creativity. Menghadapi dampak pandemi Covid-19, kita dituntut untuk terus mencari jalan guna memulihkan berbagai sektor, termasuk ekonomi,” ucapnya.

Untuk itu, lanjut dia, diperlukan kepemimpinan yang kuat dan inovatif dalam membangun ketangguhan ekonomi serta kreativitas dari seluruh komponen.

Pandemi Covid-19, ungkap Gubernur Wayan Koster, menyebabkan kontraksi yang sangat dalam bagi perekonomian Bali.

Baca Juga: Hadiri ICHSS 2021 President University, Airlangga Berharap Entrepreneur RI Tumbuh

“Ini karena perekonomian Bali sangat tergantung pada satu sektor, yaitu pariwisata. Padahal, bisnis pariwisata sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal, seperti gangguan keamanan (bom Bali 1 dan 2), bencana alam (letusan Gunung Agung), termasuk pandemi Covid-19. Kejadian ini mengakibatkan perekonomian Bali sangat terpuruk,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI