“Namun untuk melaporkan aspek-aspek tertentu dari keberlanjutan seperti pengurangan karbon, keragaman dan inklusi, model bisnis mereka dan kepatuhan terhadap persyaratan peraturan, banyak yang merasa sulit untuk memahami apa yang harus diprioritaskan,” lanjut Gazzaway.
Tiga kendala teratas untuk menerapkan keberlanjutan dalam bisnis usaha menengah di Indonesia berdasarkan data IBR terbaru adalah:
- Kurangnya kejelasan seputar kebijakan/peraturan baru (46%)
- Perusahaan sibuk menangani masalah terkait pandemi (40%)
- Keengganan pimpinan perusahaan untuk menerapkan keberlanjutan (34%)
Saran dari pakar akan sangat membantu ketika menavigasi berbagai kerangka pelaporan untuk menerapkan prinsip keberlanjutan ini.
Sementara kemampuan alami dari para pelaku bisnis pasar menengah untuk beradaptasi sudah membantu dalam menuju prinsip berkelanjutan ini, ada baiknya apabila pemerintah, regulator, dan pembuat standar mempunyai peran yang jelas untuk memberikan dukungan dan menetapkan aturan yang jelas dalam hal pembuatan laporan tentang sustainability atau keberlanjutan.
Perjalanan menuju masa depan bisnis yang menerapkan prinsip berkelanjutan bukan hanya tentang pelaporan semata. Meskipun pelaporan penting bagi proses menuju sustainability, namun penting juga bagi para pelaku bisnis untuk menciptakan visi, tujuan, dan rencana jangka panjang yang akan membantu mereka melalui transisi ini.
“Kesediaan untuk mengambil pendekatan jangka panjang – bahkan dalam menghadapi kesulitan jangka pendek – adalah pilar utama keberlanjutan, dan itu akan membantu perjalanan bisnis dengan baik di masa depan.” tutup Gazzaway.