Hadiri ICHSS 2021 President University, Airlangga Berharap Entrepreneur RI Tumbuh

Rabu, 27 Oktober 2021 | 14:44 WIB
Hadiri ICHSS 2021 President University, Airlangga Berharap Entrepreneur RI Tumbuh
Menko Airlangga Hartarto di International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS) 2021.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fakultas Humaniora President University (PresUniv) menyelenggarakan International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS) 2021. Ini konferensi internasional perdana Fakultas Humaniora PresUniv dengan tema “The Opportunities of Crisis: International Experiences and Best Practices in the Time of Covid-19 and Beyond in Society 5.0”.

Ada lima sub tema yang dibahas pada konferensi ini, yaitu International Relations and Other Social & Cultural Issues, Communication Science, Law, Education, dan Biodiversity.

“Saya berharap konferensi ini menjadi agenda yang penting bagi mahasiswa dan segenap civitas academica humaniora di tingkat global dan bisa dilakukan setiap tahun,” kata Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA, Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP) ditulis Rabu (27/10/2021). 

Prof. Budi mengatakan bahwa tema tersebut sangat kontekstual dengan kondisi saat ini dan mengingatkan bahwa situasi pandemi ini telah mengubah peradaban global secara drastis dan tidak terprediksi sebelumnya.

Baca Juga: Kabar Baik, BSU Buat Pekerja Ditambah 1,6 Juta Orang

Budi memaparkan bahwa beberapa cendekiawan dan tokoh sebenarnya telah memprediksi akan adanya perubahan pesat di peradaban manusia. Namun, tak satupun dari mereka yang memprediksi bahwa pandemi akan mempengaruhi percepatan dari perubahan itu sendiri.

Ia lalu membahas salah satu buku dari mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Al Gore, yang berjudul The Future: Six Drivers of Global Change.

Ada enam faktor yang memicu terjadinya perubahan secara global di masa depan, yakni eskalasi globalisasi ekonomi, pesatnya perkembangan komunikasi digital dan jaringan internet, menurunnya peran AS sebagai pemimpin global, akumulasi dampak kerusakan lingkungan dan berkurangnya sumber daya alam yang vital bagi umat manusia, pesatnya perkembangan bioteknologi dan ilmu hayati, dan ketidakharmonisan antara peradaban manusia dan sistem ekologi.

“Di sini terlihat bahwa Al Gore tidak memprediksi bahwa pandemi menjadi salah satu faktor yang mendorong percepatan dari perubahan global,” katanya.

Menurut Budi, pandemi membuat masyarakat kurang memiliki interaksi fisik dibandingkan sebelumnya. Dalam konteks yang lebih luas, menurutnya, hal ini memicu pertanyaan mendasar tentang apa kontribusi yang dapat diberikan Ilmu Humaniora untuk menanggapi situasi saat ini.

Baca Juga: Pemerintah Segera Cairkan Bansos Rp 300 Ribu Bagi Pemegang Kartu Sembako

Ia berharap melalui konferensi ini civitas academica global dari Hubungan Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Komunikasi, Pendidikan, dan Biodiversity dapat berbagi pandangan dan ilmu yang berharga untuk bertahan dalam kondisi sekarang.

“Saya percaya bawa kita berbagi harapan yang sama, konferensi ini akan berkontribusi pada peningkatan penelitian juga praktik pada Ilmu Humaniora,” kata Prof. Budi.

ICHSS 2021 menghadirkan Dr. (HC) Airlangga Hartarto, MBA, MMT, IPU, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Republik Indonesia, sebagai pembicara kunci.

Pada sesi yang dipandu oleh Natasya Kusumawardani, S.IP., MProfStuds (Hons), dosen Prodi Hubungan Internasional PresUniv, Airlangga memaparkan update dari penanganan Covid-19 di Indonesia.

“Penanganan kasus aktif di Indonesia lebih baik jika dibandingkan secara global. Dilihat dari kasus rata-rata, dalam tujuh hari ada kurang dari 1.000 kasus, yaitu 728, dan terus menurun. Pada Minggu (24/10) sudah menjadi 460 kasus,” ungkap Menteri Airlangga Hartarto.

Ia menegaskan bahwa meski jumlah kasus menurun sangat drastis, itu bukan karena pemerintah mengurangi jumlah tes.

“Pemerintah tidak pernah mengurangi jumlah tes,” tegasnya.

Mengutip Indeks Nikkei, Airlangga memaparkan bahwa penanganan Covid-19 di Indonesia bahkan lebih baik dari Filipina, Malaysia, Singapura, India, United Kingdom dan bahkan AS.

Ia menjelaskan menjelaskan tiga strategi yang diterapkan pemerintah dalam menangani kasus Covid-19, yaitu deteksi, perubahan perilaku, dan vaksinasi. Pada tahap deteksi, pemerintah meningkatkan screening dan epidemiological test, serta contact tracing. Tidak hanya itu, pemerintah juga melakukan pengawasan genomik, karantina yang ketat, dan wajib PCR.

Untuk perubahan perilaku, pemerintah mengonversi 30%-40% tempat tidur rumah sakit dan memasok semua logistik rumah sakit dan sumber daya manusia. Dokter magang dan co-assistant, sebagai tambahan tenaga kesehatan, dikerahkan, kriteria pasien rawat inap diperketat, dan tempat penampungan sebagai pusat isolasi ditingkatkan.

Sedangkan untuk vaksinasi, 50% pasokan vaksin dialokasikan untuk wilayah umum dan tingkat mobilitas yang tinggi, serta 80% masyarakat Indonesia ditargetkan sudah mendapatkan vaksin hingga akhir tahun ini.

Upaya pemerintah menangani pandemi Covid-19 berdampak terhadap kinerja perekonomian. Airlangga membeberkan faktanya. Pada kuartal II-2021, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam 16 tahun terakhir, yaitu sebesar 7,16%.

Untuk sektor yang sedang dalam pemulihan saat ini adalah sektor industri, transportasi, retail, akomodasi, pertanian, hingga perumahan. Ia menyampaikan bahwa strategi yang diterapkan adalah dengan memberikan konsumen kepercayaan dan keringanan pajak, terutama pada sektor otomotif dan properti.

Ungkap Airlangga, tantangan saat ini sebenarnya adalah demografi Indonesia yang kebanyakan dari Generasi Z dan milenial yang melek digital.

“Ini tentu tantangan bagi PresUniv. Bonus demografi ini adalah kunci pertumbuhan Indonesia di masa mendatang,” katanya.

Ini perlu menjadi perhatian, karena ekonomi digital Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN. Airlangga mengutip data yang menyebutkan bahwa 41,9% total transaksi ekonomi digital di ASEAN datang dari Indonesia.

“Ini peluang bagi mahasiswa untuk melakukan bisnis digital, seperti financial technology (fintech), e-commerce, layanan kesehatan digital, education technology (edutech), hingga health tech,” jelasnya.

“Mahasiswa saat ini adalah digital talents dan entrepreneurs masa depan. Saya berharap jumlah entrepreneurs kita dapat tumbuh hingga 5% dari seluruh populasi. Saat ini rasionya masih sangat rendah, yaitu 3,5%. Dan area potensial yang perlu dikembangkan adalah kemampuan teknologi digital, artificial intelligence, big data, atau yang sedang popular saat ini, yaitu crypto,” Airlangga menambahkan.

Pada akhir sesi Airlangga menceritakan upaya pemerintah mempercepat transformasi ekonomi melalui Making Indonesia 4.0 yang mengutamakan tujuh sektor utama, yaitu makanan & minuman, tekstil & garmen, otomotif, bahan kimia, elektronik, farmasi, dan peralatan medis.

“Semua sektor ini memiliki permintaan yang tinggi. Bahkan semasa pandemi,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara media, akademik, bisnis, komunitas, dan pemerintah.

“Untuk akademik, universitas perlu fokus pada kurikulum entrepreneurship yang baik, yang mampu melahirkan dan menghasilkan start-up baru, termasuk menjadi akselerator bagi entrepreneurship,” tutupnya.

Sebagai platform akademik dan penelitian, untuk berbagi pengalaman internasional dan menggali cara terbaik dalam menghadapi berbagai dampak pandemi Covid-19, konferensi ini juga menghadirkan sembilan pembicara lainnya.

Mereka adalah Prof. Dr. Satya Arinanto, SH, MH, staf khusus Wakil Presiden RI bidang Hukum; Prof. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan, M.Sc., Guru Besar Ekologi, Biologi Konservasi, Limnologi, dan Ekologi Lahan Basah dari Universitas Gadjah Mada; Leonard C. Sebastian, Associate Professor and Coordinator of the Indonesia Programme, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University; Prof. Dr. Mohd Azizuddin Mohd Sani, Ph.D., Profesor Politik dan Hubungan Internasional di School of International Studies, Universiti Utara Malaysia; Dr. Katrina Tour, Dosen di Faculty of Education, Monash University; Muhammad A.S. Hikam, M.A., Ph.D., Kaprodi Hubungan Internasional, PresUniv; Ani Pudjiastuti, Ph.D., Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, PresUniv; Dr. Mariana Molnar Gabor - Warokka, S.H., M.H., Tim Ahli Indikasi Geografis Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI