1 Miliar Orang yang Merokok Rata-rata Tinggal di Negara Miskin

Rabu, 27 Oktober 2021 | 07:15 WIB
1 Miliar Orang yang Merokok Rata-rata Tinggal di Negara Miskin
Ilustrasi perokok (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 100 pakar global mengecam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lantaran berkeras dengan sikap anti terhadap vaping. Sikap ini dinilai berkontribusi pada “jutaan” kematian terkait konsumsi rokok yang sebenarnya bisa dihindari.

Dalam sebuah surat terbuka menjelang pertemuan pengendalian tembakau global yang akan digelar bulan depan, sekelompok pakar nikotin dan kebijakan menyampaikan kecaman terhadap WHO karena “mengabaikan potensi untuk mengubah pasar konsumen tembakau dari komoditas berisiko tinggi menjadi produk berisiko lebih rendah”.

“WHO menolak strategi kesehatan masyarakat yang dapat menghindari jutaan kematian terkait rokok,” tulis mereka dalam surat terbuka tersebut, seperti dikutip dari laman News.com.au Rabu (26/10/2021).

Surat tersebut ditujukan kepada sejumlah pihak yang merupakan bagian dari Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau (FCTC), perjanjian yang dibuat pada tahun 2004 dalam naungan WHO, menjelang Conference of Parties (CoP/konferensi) kesembilan yang akan dimulai pada 8 November.

Baca Juga: Merokok Bisa Bikin Kurus, Cek Fakta Sebenarnya!

“WHO telah menjalankan kampanye pelarangan terhadap pengurangan dampak dari tembakau, meskipun pengurangan dampak tembakau adalah bagian dari kebijakan resminya dalam FCTC,” kata Dr Colin Mendelsohn, ketua pendiri Asosiasi Pengurangan Dampak Buruk Tembakau Australia dan salah satu dari 100 pakar global yang menandatangani surat terbuka tersebut.

Profesor Emeritus dari National Center for Youth Substance Use Research di University of Queensland, Wayne Hall dan Dr Alex Wodak, konsultan emeritus di Rumah Sakit St Vincent dan ketua lembaga think tank Australia21, juga menandatangani surat tersebut.

Dr Mendelsohn mengatakan WHO “selalu berlebihan dan terus-menerus mendapat informasi yang salah tentang pengurangan dampak buruk tembakau dan tidak mengerti bahwa itu [pengurangan dampak buruh tembakau] menggantikan kebiasaan merokok”, tetapi di saat yang sama pendekatannya “sangat berpengaruh”, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (low-middle income countries).

"Kondisi ini akan menyebabkan lebih banyak kematian dan penderitaan akibat merokok, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana sebagian besar kematian akibat merokok sudah terjadi," kata Dr Mendelsohn.

Saat ini diperkirakan ada 1 miliar perokok di seluruh dunia. Sekitar 80 persennya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Baca Juga: Dianggap Lebih Aman, 100 Ilmuwan Desak WHO soal Penggunaan Rokok Elektrik

Dalam laporan tembakau 2021 yang dirilis pada bulan Juli, WHO menegaskan kembali sikapnya yang menentang rokok elektrik dengan alasan bahwa anak-anak yang menggunakan produk tersebut berpotensi 3 kali lebih besar untuk menggunakan produk tembakau di masa depan.

“Nikotin sangat adiktif. Sistem penghantaran nikotin elektronik ini berbahaya, sehingga harus diatur dengan lebih baik,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus saat itu.

“Pemerintah negara-negara yang tidak melarang nikotin harus mengadopsi kebijakan yang tepat untuk melindungi masyarakatnya dari bahaya sistem pengiriman nikotin elektronik, dan untuk mencegah penggunaan nikotin oleh anak-anak, remaja dan kelompok rentan lainnya.”

Menurut laporan WHO, 32 negara telah melarang penjualan rokok elektrik dan 79 lainnya telah mengadopsi setidaknya satu tindakan untuk menekan penjualan, penggunaan, atau promosi produk tersebut.

Dengan demikian, masih ada 84 negara di yang belum mengatur atau membatasi penjualan rokok elektrik dengan cara apa pun.

Mantan Walikota New York Michael Bloomberg yang juga merupakan Duta Besar Global WHO untuk Penyakit dan Cedera Tidak Menular, melakukan kampanye menentang vape.

“Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia masih merokok,” kata Bloomberg pada bulan Juli.

“Seiring dengan penurunan penjualan rokok, perusahaan tembakau secara agresif memasarkan produk baru – seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan – dan melobi pemerintah untuk membatasi peraturan mereka. Tujuan mereka sederhana – untuk menjerat generasi berikutnya dalam konsumsi nikotin. Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi," katanya.

Dalam surat kepada WHO, yang mengangkat tujuh poin kunci dan enam rekomendasi, para ahli meminta WHO untuk "memodernisasi" pendekatannya terhadap kebijakan tembakau.

“Inovasi di pasar tembakau dan nikotin selama beberapa dekade terakhir memiliki arti bahwa sekarang ada banyak produk nikotin yang tidak melibatkan pembakaran daun tembakau dan menghirup asap,” tulis mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI