Suara.com - Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk terus melakukan perlawanan terhadap kampanye hitam atas komoditas sawit. Sebagai produsen crude palm oil/CPO dunia Indonesia dan Malaysia merasa dirugikan atas kampanye hitam tersebut.
Apalagi saat ini harga minyak sawit dunia sedang naik-naiknya sehingga kampanye hitam tersebut dikhawatirkan berdampak pada kinerja ekonomi kedua negara tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Deputi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud dalam pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi atau Senior Officials Meeting (SOM) ke-22 Dewan Negara-negara Produsen Sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
"CPOPC perlu memberikan perhatian serius dan merumuskan strategi yang lebih efektif bagi negara-negara produsen minyak sawit untuk menjawab tantangan tersebut," katanya dalam keterangan persnya, Minggu (24/10/2021).
Baca Juga: Kasus Bupati Kuantan Singingi, KPK Sita Catatan Keuangan dari 3 Lokasi di Pekanbaru
Dia mengaku prihatin dengan kampanye hitam terhadap sawit yang kian masif dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan dan regulasi yang menghambat produksi dan perdagangan minyak sawit khususnya di Uni Eropa.
Karena itu, dia menyambut baik kemajuan yang dibuat oleh Komite Ilmiah karena studi dan penelitian berbasis sains harus lebih dipromosikan dalam melawan kampanye negatif terhadap minyak sawit berkelanjutan.
Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini tren harga sawit positif, sejalan dengan pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum. Namun, negara produsen mengantisipasi kemungkinan siklus harga CPO melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai bagian dari alat manajemen permintaan.
"Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan penerapan program biodiesel," terangnya.
Semenatara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia YBhg. Datuk Ravi Muthayah juga menyambut baik kenaikan harga minyak sawit mentah sejak Juni 2020. Namun, dia juga prihatin dengan serangan terhadap sawit tidak pernah surut.
Baca Juga: Harga Sawit Meroket, Petani di Riau Keluhkan Kenaikan Harga Pupuk
Berkaitan dengan itu, Ravi Muthayah meminta CPOPC untuk melipatgandakan upaya dalam memberikan narasi yang lebih kuat untuk memerangi kampanye negatif.
Menurutnya, negara-negara penghasil minyak sawit tidak boleh berpuas diri dan lengah dengan kompetitor, dan harus menjunjung tinggi keberlanjutan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Dia juga sepakat Musdhalifah bahwa perlu penelitian yang ofensif untuk membandingkan minyak sawit dengan minyak nabati lainnya.
Datuk Ravi secara khusus menyatakan dukungan kuat negaranya untuk adopsi Kerangka Kerja Global dari Prinsip untuk Minyak Sawit Berkelanjutan sebagai prinsip panduan bagi negara-negara penghasil minyak sawit yang masuk menjadi anggota dan sebagai contoh untuk tanaman minyak nabati lainnya.