Suara.com - Dampak positif industri hulu migas tidak hanya pada penerimaan negara, tetapi juga pada masyarakat sekitar kilang. Berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
Di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, para nelayan berhasil mendulang omzet fantastis dani hasil budidaya ikan kerapu binaan Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P).
Medco E&P memperkenalkan budidaya kerapu yang saat itu masih diperoleh para nelayan secara manual dani laut. Kini sejumlah 125 nelayan dari 12 desa tergabung dalam program budi daya ikan kerapu dengan Keramba Jaring Apung (KJA) yang awainya didirikan pada 2007.
"Kita bikin program balai benih ikan tujuannya untuk mensuplai bibit kerapu bagi nelayan budidaya, sebelumnya masyarakat ngambil dari alam, kalau ambil di alam itu akan mempengaruhi bibit di alam karena sebelumnya, asal ambil-ambil," ujar Community Development Spesialist Medco E&P Natuna, Fahmi Abdila ditulis Jumat (22/10/2021).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik, Pemerintah Janji Dukung Pengembangan Penunjang Migas
Dalam program pembinaan tersebut, Medco E&P memfokuskan pada teknik penetasan kerapu, seperti pemijahan, telur, dan larva. Selain itu juga mendirikan pakan pembibitan alami di Keramba Jaring Apung yang merupakan fasilitas terapung yang dikernbangkan sebagai sarana praktis untuk menciptakan usaha pembenihan ikan karang.
Tak berhenti sampai di situ, Medco E&P juga melakukan pendampingan para nelayan untuk dapat menguasai masalah pengelolaan kelembagaan usaha, pendistribusian, penjualan benih ikan dan juga memperluas akses ke pemasok dan pasar.
Saat ini Keramba Jaring Apung telah berkembang menjadi Balai Benih ikan. Dalam empat tahun terakhir balai tersebut telah mendistribusikan sebanyak 39.667 benih ikan dengan omzet senilai Rp 1,24 miliar.
Adanya Balai Benih Ikan itu membuat para nelayan menjadi lebih mudah mendapatkan bibit ikan karena adanya sarana pemeliharaan bibit dalam program Keramba Jaring Apung. Nelayan dapat membeli sejumiah bibit sesuai kemampuan.
Sebelumnya, dengan modal Rp 5 juta, mereka belum bisa mendapatkan 100 ekor bibit karena bibit harus dibeli dari kawasan Natuna. Kini, nelayan dapat memelihara bibit ukuran kecil dengan metode keramba tancap yang memakai jaring gantung atau apung.
Baca Juga: SKK Migas: TKDN Pada Pembelanjaan Barang Industri Hulu Migas Capai 58 Persen
Kini Balai Benih Ikan mendapat dukungan dari Balai Budidaya Laut Batam dalam melakukan uji coba pemijahan ikan kerapu. Hal ini diharapkan agar dapat menghasilkan benih ikan sendin dan menjadi pusat benih ikan sukses di Kabupaten Kepulauan Anambas.
"Kita ingin mereka naik kelas, tidak hanya mampu melakukan pemijahan sendiri mensuplai, tetapi juga bisa sebuah unit bisnis di tingkat desa, sehingga mendapatkan pendapatan lain," pungkas Fahmi.