Pengurangan Emisi Karbon Lewat Infrastruktur Hijau

Kamis, 21 Oktober 2021 | 10:41 WIB
Pengurangan Emisi Karbon Lewat Infrastruktur Hijau
Dok: Kementerian PUPR
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai salah satu unit kerja di bawah Kementerian PUPR mulai turut mengimplementasikan prinsip-prinsip Bangunan Gedung Hijau dengan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana permukiman kota yang rendah emisi karbon. Bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, Kementerian PUPR bersinergi untuk mewujudkan ruang perkotaan yang berkualitas melalui perencanaan yang baik dengan menerapkan 8 atribut kota hijau.

Secara fisik, hal ini diwujudkan dengan pembangunan Rumah Susun Hemat Energi di Kota Tegal, Jawa Tengah (Jateng). Pembangunan rusunami tersebut menggunakan teknologi perancangan desain yang pasif. Dalam perancangan desain pasif, sumber daya alam dimanfaatkan untuk menciptakan kenyamanan thermal di dalamnya. Jadi meminimalkan penggunaan energi listrik seminimal mungkin. Penggunaan teknologi perancangan desain pasif menerapkan sejumlah prinsip. Salah satunya adalah mencegah panas dari luar masuk ke ruangan. Prinsip lainnya yang diperhatikan yakni membuang sebanyak mungkin panas di dalam ruangan. Hal ini diterapkan dengan pembuatan tempat khusus di dak atas untuk ventilasi. Itu berguna untuk mendinginkan struktur. Jadi nanti struktur yang dingin akan mendinginkan udara di ruangan tanpa penggunaan energi berlebihan untuk pendinginan udara. Selain itu, struktur bangunannya juga sudah dirancang agar tahan dari goncangan gempa. Agar tahan gempa, pondasi bangunan ditanam di tanah dengan kedalaman hingga 30 meter lebih. Pembangunan rusunami tersebut juga menyesuaikan dengan kondisi iklim di Kota Tegal. Tim peneliti sebelumnya sudah melakukan kajian ihwal iklim di Kota Bahari mulai dari suhu udara, kelembaban hingga arah mata angin.

Selain dari udara, upaya mengurangi karbon dari sektor persampahan juga dilakukan. Upaya mengurangi karbon di sector persampahan dilakukan dengan melanjutkan program-program pengelolaan sanitasi (air limbah domestik dan persampahan) melalui pelaksanakan kegiatan yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam RPJMN 2020-2024 diamanatkan bahwa 100% sampah perkotaan dikelola dengan baik melalui 80% penanganan dengan memberikan dukungan kepada pemerintah daerah berupa penyediaan infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan 20% pengurangan sampah yaitu melalui penyediaan Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reuse, Reduce, and Recyle (TPS 3R) dan penyediaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) setiap tahunnya.

Secara konkret, program-program pengelolaan sanitasi dan persampahan yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya, mendukung program Citarum Harum sebagai kelanjutan kegiatan HHD-HKD tahun 2019 dengan Sanimas di 212 lokasi dan TPS3R di 98 lokasi untuk mengurangi pencemaran dari buangan limbah domestik di Sungai Citarum. Gerakan TPS3R merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala komunal atau kawasan dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah. Kementerian PUPR juga berupaya melakukan inovasi terkait pengurangan emisi karbon dari sektor persampahan dengan sanitary landfil dan moderenisasi TPA yang dilengkapi oleh teknologi flaring atau waste to energy yaitu penangkapan gas methan yang mengolah gas methan menjadi biogas untuk kepentingan pembangkit listrik. Seperti yang telah diterapkan di 13 kota, salah satunya di TPA Bantargebang Kota Bekasi.

Kurangi Emisi, Dimulai Dari Kita

Dok: Kementerian PUPR
Dok: Kementerian PUPR

Namun upaya – upaya penahanan laju kenaikan suhu dan pencegahan perlu dilakukan secara bersama dan berkelanjutan. Lalu bagaimana cara kita berprilaku bijak dan ikut berpartisipasi dalam pengurangan polusi karbon yang ada di bumi ini. Sebenarnya banyak hal yang bisa lakukan untuk tidak menyumbang dalam penambahan emisi karbon itu antara lan :

1. Mengurangi penggunaan bahan bakar fossil (minyak, natubara dan gas) seperti lebih memilih menggunakan sepeda atau jalan kaki untuk jarak dekat atau angkutan umum untuk jarak jauh dalam  beraktivitas sehari-hari

2. Menerapakan prinsip 3R (Reduce,Reuse, Reclye) dalam pengelolaan sampah dan limbah yang kita hasilkan

3. Mengkonsumsi makanan organik atau go local untuk pilihan menu masak dan makanan kita di rumah

Baca Juga: Pengamat Otomotif Nasional: Regulasi Carbon Tax Berdampak Pada Harga Jual Kendaraan

4. Mengurangi konsumsi makanan dengan jejak karbon produksi tinggi seperti daging dan kopi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI