Food Estate, Solusi Memperkuat Kemandirian Pangan Masyarakat Humbang Hasundutan

Rabu, 20 Oktober 2021 | 19:25 WIB
Food Estate, Solusi Memperkuat Kemandirian Pangan Masyarakat Humbang Hasundutan
Pembangunan Food Estate di Humbang Hasundutan. (Dok: Kementerian PUPR)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai kebutuhan dasar, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Jika kebutuhan pangan tidak mencukupi maka masyarakat tidak bisa hidup dengan layak. Hal ini yang mendasari pemerintah untuk terus berupaya mewujudkan ketahanan pangan.

Keseriusan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan salah satunya melalui program Food Estate. Program ini merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi, mencakup pertanian, perkebunan hingga peternakan. Selain itu, food estate juga upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencegah krisis pangan dan menggerakan roda perekonomian akibat adanya pandemi Covid-19.

Salah satu kunci pengembangan kawasan food estate yang dibangun pemerintah di sejumlah daerah ialah ketersedian air. Dalam hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) mendukung sepenuhnya program ini dengan menyiapkan jaringan dan tata air di kawasan food estate. Ditjen SDA hingga saat ini telah menyiapkan ketersediaan air di tiga wilayah food estate yakni di Sumatra Utara (Kabupaten Humbang Hasundutan), Kalimantan Tengah (Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas) dan Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Belu dan Sumba Tengah).

Pembangunan Food Estate di Humbang Hasundutan. (Dok: Kementerian PUPR)
Pembangunan Food Estate di Humbang Hasundutan. (Dok: Kementerian PUPR)

Masing-masing kawasan food estate tersebut memiliki spesifikasi berbeda-beda sehingga diperlukan pendekatan dan penanganan berbeda dalam penyediaan air. Humbang Hasundutan misalnya, merupakan daerah tinggi yang cocok untuk kawasan food estate hortikultura, seperti bawang merah, bawang putih dan kentang. Karena kebutuhan air untuk kawasan Hortikultura berbeda dengan sawah, Ditjen SDA membuat bendung untuk menampung air, lalu dipompa agar dapat digunakan pada big gun sprinkler maupun dialirkan langsung.

Baca Juga: Pemerintah Perkuat Ketahanan Pangan di Wilayah Timur Indonesia

Sebenarnya curah hujan di Humbang Hasundutan cukup tinggi, yakni kurang lebih 8 bulan dalam satu tahun. Namun karena berada di ketinggian sekitar 1.680 meter, sumber air di kawasan itu berasal dari sungai yang letaknya jauh di bawah lahan pertanian sehingga air harus dipompa dan dinaikkan ke atas. Adapun pompa yang digunakan adalah pompa air tenaga hidro (PATH).

“Rencana pengembangan food estate di Humbang Hasundutan mencakup 1.000 hektare. Pada 2020, Ditjen SDA sudah menyiapkan jaringan dan tata air untuk 50 hektare ditambah yang terealisasi di 2021 yaitu 950 hektare lahan food," tutur Hastiono, Penjabat Pembuat Komitmen Air Tanah Air Baku Balai Wilayah Sungai Sumatra II.

“Pembangunan infrastruktur irigasi yang dilakukan oleh Ditjen SDA Kementerian PUPR adalah pembangunan intake, pembangunan jaringan perpipaan, dan pembangunan tampungan (Embung). Infrastruktur tersebut telah dibangun di tiga desa yakni, Desa Ria-ria, Desa Hutajulu dan Desa Parsingguran,”lanjut Hastiono.

Disambut Positif

Pembangunan Food Estate di Humbang Hasundutan. (Dok: Kementerian PUPR)
Pembangunan Food Estate di Humbang Hasundutan. (Dok: Kementerian PUPR)

Pengembangan kawasan food estate di Humbang Hasundutan disambut positif warga disekitar kawasan food estate. Kepala Desa Ria-ria, Jumper Jonas Hubengaunl mengatakan, masyarakat di desanya sangat menerima pembangunan infrastruktur pendukung program food estate. Sebab, pembangunan tersebut memberikan dampak ekonomi yang signifikan.

Baca Juga: Peran Kementerian PUPR dalam Mewujudkan Pembangunan Food Estate di Kalteng

"Tahun kemarin, banyak tenaga kerja yang tertampung untuk mengolah lahan di sini dan bisa dibilang pada masa pandemik ini memang sangat-sangat membantulah, karena adanya kegiatan di lokasi food estate ini," tutur Jonas.

Jonas menjelaskan, mata pencaharian mayoritas masyarakat di Desa Ria-ria adalah bertani. dengan menanam padi di sawah.

"Kalau untuk tanaman holtikultura, hanya kentang sendiri saja, tapi tidak sebanyak ini. Bahkan kalau untuk bawang sendiri, di sini belum pernah menanam bawang. Jadi baru pas ada food estate inilah menanam bawang," ucapnya.

Dia pun mengucapkan terimakasih kepada Kementerian PUPR yang telah menjadikan Desa Ria-ria sebagai salah satu lokasi pembangunan infrastruktur pendukung pengembangan kawasan food estate.

"Harapan kita ya mudah-mudahan seperti tujuan pemerintah, pertanian ini untuk mensejahterakan masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang secara perekonomian masih di bawah rata-rata," ucapnya. (arg)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI