Suara.com - Dalam beberapa pekan terakhir ini, perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia menunjukkan tren perbaikan. Namun di tengah kabar baik ini, beberapa pakar virologi berpendapat bahwa pada bulan Desember 2021 hingga Februari 2022 mendatang, diperkirakan akan terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia.
Hal ini bisa diprediksi dengan melihat melonjaknya mobilitas masyarakat di akhir tahun saat menjelang liburan Natal dan Tahun Baru.
Saat menjadi pembicara utama dalam sebuah seminar yang berjudul Strategi Perusahaan Padat Karya Menghadapi COVID-19 Gelombang Ketiga, salah satu pendiri ArwudaHealth, Sony Subrata, menjelaskan 15 strategi mengantisipasi dan memitigasi gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia.
Turut hadir para pembicara dalam acara seminar tersebut antara lain, dr. Vita Yunita Sutanto selaku praktisi kesehatan dari ICS Medika Lestari, dr. Erwin Setiawan perwakilan dari PT Biofarma dan Husor Radjagukguk dari forum HR Rembug.
Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 18 Oktober: Positif 107, Sembuh 138, Meninggal 1
Strategi ini disusun berdasarkan berbagai rekomendasi dari WHO (World Health Organizarion), CDC (Centers for Desease Control and Prevention), ASHRAE (American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning) dan ISO/PAS 45005:2020 (Accupational Health and Safety Management, International Organization for Standardization).
Menurut Sony, 15 strategi tersebut diawali dengan 10 Strategi Preventif, yaitu : diadakannya audit area, fasilitas dan disiplin kerja, optimalisasi thermal face recognition, peningkatan frekuensi swab antigen, pengadaan tes PCR secara strategis, standarisasi dan frekuensi pengunaan masker, penambahan filtrasi HEPA di area kerja, aksesabilitas terhadap nutrisi dan vitamin yang spesifik, perlindungan asuransi khusus COVID-19, persiapan vaksinasi ketiga, dan pemanfaatan integrator layanan kesehatan.
Sony menambahkan, dilanjutkan dengan 5 Strategi Kuratif yang meliputi : persiapan program Isoman (Isolasi Mandiri), aksesabilitas terhadap obat COVID-19, ketersediaan ruang ICU, penyediaan oxygen concentrator dan kesiapan tenaga kesehatan yang profesional.
“Kita sudah belajar banyak dari gelombang kedua di bulan Juli lalu. Jadi, di akhir tahun ini dan awal tahun depan, kita sudah bisa membayangkan akan betapa rumitnya permasalahan ketika sebuah perusahaan padat karya mengalami outbreak di area kerjanya," ujar Sony Subrata ditulis Selasa (19/10/2021).
"Kesulitan mencari obat COVID-19 sampai ketidaktersediaan ruang ICU adalah suatu kenyataan yang kita hadapi bersama ketika itu. Bukan saja masalahnya terjadi dari sisi pekerja, tapi juga dampaknya sangat besar terhadap produktifitas perusahaan yang padat karya," lanjut Sony Subrata.
Baca Juga: Ingatkan Potensi Penularan COVID-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Wagub DKI ke Warga: Waspada!
Lebih lanjut Sony mengungkapkan, berbagai upaya preventif dan kuratif sudah harus dipersiapkan mulai dari sekarang. Namun Sony mengingatkan, perusahaan yang padat karya akan membutuhkan kehadiran sebuah integrator yang bisa merajut puluhan pihak penyedia layanan kesehatan. Mulai dari perusahaan dibidang tata udara, tenaga kesehatan spesialis sampai penyedia vaksin dan polis asuransi yang khusus COVID-19.
Oleh karena itu Sony Subrata menyebut bahwa, ArwudaHealth akan memberikan solusi yang menyederhanakan proses pencegahan dan penanganan kasus COVID-19 di kalangan pekerja, khususnya bagi perusahaan padat karya yang memiliki ratusan atau ribuan karyawan.
Sebab menurut Sony, dengan biaya 20 ribu rupiah setiap bulan untuk setiap karyawan, mereka akan dimonitor oleh sistem teknologi tinggi maupun tim dari ArwudaHealth secara seksama untuk mengantisipasi probabilitas terjadinya penyebaran atau outbreak COVID-19 di area kerja.
"Setiap perusahaan tentu mau fokus menjalankan usahanya dan tidak ingin proses bisnisnya terganggu oleh COVID-19. Untuk itu perlu kehadiran pihak yang bisa membantu mereka memikirkan semua hal terkait pencegahan penularan COVID-19 termasuk mencari solusinya yang efektif," tutup Sony.