50 Persen Produk di Lazada dan Shopee Impor, Pemerintah 'Paksa' Tutup

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 15 Oktober 2021 | 19:41 WIB
50 Persen Produk di Lazada dan Shopee Impor, Pemerintah 'Paksa' Tutup
Lazada.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua e-commerce raksasa di Indonesia, Shopee dan Lazada berkomitmen untuk menutup impor sejumlah produk guna meningkatkan pasar Indonesia.

Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara dua layanan toko daring terbesar itu dengan pemerintah beberapa waktu terakhir.

Disampaikan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan usai diketahui lebih dari 50 persen barang yang diperdagangkan di Shopee dan Lazada ternyata impor.

“Harus diakui 50 persen lebih barang yang diperdagangkan di e-commerce itu produk impor, kita sudah kerja sama dengan dua crossed border e-commerce Shopee dan Lazada,” kata Teten.

Baca Juga: Parfum Jo Malone London Sekarang Punya Flagship Store di Asia Tenggara

Teten mengatakan, Shopee saat ini sudah menyatakan komitmen untuk menutup impor 13 kategori barang terutama yang berkaitan dengan pakaian muslim mulai dari hijab, atasan dan bawahan muslim perempuan, gaun, pakaian pria, dan mukena.

Ditambah lagi, kini Lazada juga sudah menyepakait untuk menutup impor bagi tiga klaster produk besar seperti tekstil atau pakaian, kuliner dan kriya atau kerajinan.

ShopeePay Day. (Dok: ShopeePay)
ShopeePay Day. (Dok: ShopeePay)

“Sudah ada MoU dengan mereka, tolong dicek kalau mereka masih jualan itu ya kita tegur karena kita sudah berkomitmen dengan mereka,” kata dia, dikutip dari Solopos.com --jaringan Suara.com.

Keputusan ini diambil lantaran pemerintah ingin Usaha skala kecil dan menengah (UMKM) dalam negeri justru kesulitan lantaran disaingi produk luar.

“Ini sudah sepakat tidak lagi diimpor dari China, ini penting untuk dijaga market digital dalam negeri bukan anti perdagangan bebas tapi untuk melindungi UMKM kita,” kata dia.

Baca Juga: Transaksi Ekonomi Digital RI Nomor Wahid di ASEAN, Menko Airlangga Berharap Ini

Diwartakan sebelumnya, barang impor yang membanjiri Indonesia melalui platform marketplace menimbulkan kekhawatiran.

Pasalnya, ekonomi digital yang diikuti peningkatan transaksi lintas batas negara melalui daring makin ramai hingga secara perlahan apabila tanpa kendali bisa mematikan UMKM.

Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa transaksi e-commerce sepanjang 2020 mencapai Rp253 triliun dan diperkirakan bisa mencapai Rp337 triliun pada 2021.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI