Suara.com - Berbagai daerah di Indonesia terus melaporkan penurunan jumlah kasus penularan Covid-19 yang membuat angka pandemi secara nasional terus menurun. Hal ini memberikan dampak langsung terhadap kebangkitan perekonomian sehingga periode Triwulan II/2021 berhasil mencatatkan kenaikan 70,7% secara tahunan (year on year).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan yang sangat positif ini mengindikasikan keberhasilan pemerintah dalam upaya penanganan Covid-19. Secara khusus, Airlangga menyebut sektor properti menjadi salah satu faktor utama peningkatan ekonomi.
"Karena itu pemerintah akan terus menjadikan properti sebagai pendorong tren peningkatan pemulihan ekonomi nasional. Sektor properti memiliki multiplier effect, baik dari sisi forward linkage maupun backward linkage, terhadap 174 sub sektor industri baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 19 juta orang. Tidak ada alasan bagi Pemerintah untuk tidak memprioritaskan sektor ini," ujar Airlangga dalam keterangannya, Rabu (13/10/2021).
Menurut Airlangga, beberapa regulasi dan stimulus yang dikeluarkan Pemerintah juga telah memperlihatkan dampak positif.
Baca Juga: Wamenkeu Berharap Profesi Keuangan Ikut Andil Dalam Proses Pemulihan Ekonomi
Kebijakan PPN 10% ditanggung Pemerintah misalnya, telah memberikan dampak pergerakan pasar untuk segmen masyarakat berpenghasilan menengah ke atas dan terjadi pertumbuhan penjualan secara signifikan untuk rumah seharga Rp500 juta ke atas.
Hal ini berdampak pada capaian PDB Kuartal II/2021 dari sisi sektor real estat yang tumbuh 2,82% jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 0,94%. Sektor jasa konstruksi juga tumbuh 4,42% dan investasi penanaman modal tumbuh 7,54% dari sektor bangunan.
"Kami berharap indikator yang baik ini bisa terus didorong dan menjadi penyemangat para pelaku industri properti untuk terus mendukung pemulihan ekonomi nasional," kata Airlangga.
Dalam kesempatan terpisah, CEO PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) John Riady mengatakan, data dari Kemenko Perekonomian menjadi faktor penting yang menegaskan besarnya kebutuhan pasar perumahan.
Sementara, di sisi lain LPKR sebagai pengembang, baru bisa mensuplai sekitar 4.000 unit rumah. Padahal asumsi tingkat kepemilikan rumah di Indonesia saat ini baru 50%.
"Perhitungan kami, kebutuhan rumah dalam 10 tahun ke depan bertambah menjadi 70%. Bila jumlah kepala keluarga 60 juta dan kebutuhan rumah bertambah 20% maka akan ada kebutuhan 12 juta rumah dalam 10 tahun ke depan. Artinya ada demand 1 juta rumah setiap tahun," kata John.
Baca Juga: Bulan Ini IHSG Diprediksi Cetak Rekor Tertinggi
Optimisme telah ditunjukkan LPKR dalam meresponi dukungan pemerintah terhadap sektor properti dengan melakukan launching produk lebih dari 4.000 rumah, termasuk Cendana Homes Series hingga delapan kali selama rentang waktu tahun 2020 dan 2021 yang selalu terjual habis hanya dalam waktu 5 jam.
Besarnya potensi pasar sektor perumahan ini mendorong LPKR menerapkan strategi yang tepat untuk menjawab kebutuhan pasar dengan menyasar kalangan milenial yang beradaptasi dengan new normal bekerja dari rumah.
Pada Triwulan IV/2021 LPKR meluncurkan 3 produk unggulan yaitu The Hive@Parc dan The Hive@Himalaya yang merupakan gabungan konsep ‘one stop living’ hunian sambil berbisnis, serta Brava Himalaya klaster residensial eksklusif yang berlokasi di tengah kota Lippo Village dengan fasilitas yang telah matang.
"Dengan penjualan The Hive @ Parc, The Hive @ Himalaya, Brava Himalaya serta didukung penjualan yang sama baiknya pada anak usaha perusahaan, kami optimis LPKR akan menutup tahun 2021 dengan pencapaian target pra-penjualan senilai Rp 4,2 triliun," pungkas John.