Suara.com - BRI dapat kucuran dana hingga 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp29 triliun dari investor asing atau foreign buy melalui right issue. Jumlah itu jadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan total nilai rights issue perseroan adalah Rp95,9 triliun dengan rincian Rp55 triliun non-cash karena berbentuk inbreng saham pemerintah di PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. Sementara Rp41 triliun merupakan dana tunai dari investor.
“Lebih menggembirakan lagi, lebih dari 70 persen dari total Rp41 triliun itu atau sekitar 2 miliar dolar AS merupakan dana dari investor asing yang akan memperkuat devisa kita juga. Rights issue BRI ini pun mengalami oversubscribe sampai 1,53 persen dari total 28,2 miliar lembar saham yang diterbitkan,” kata Sunarso, dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu (6/10/2021).
Ia menyebut, kiat sukses right issue tersebut adalah kejelasan visi dan strategi BRI ke depan dengan value proposition dari rights issue, yaitu penguatan ekosistem usaha ultra mikro nasional bersama PNM dan Pegadaian melalui Holding BUMN Ultra Mikro (UMi) sebagai sumber pertumbuhan baru bagi perseroan.
Baca Juga: BRI dan BP Tapera Bersinergi untuk Hadirkan Pembiayaan Rumah
Dia menegaskan hal tersebut mencerminkan komitmen BRI dalam memperkuat core competency di segmen mikro dan UKM secara umum.
Berangkat dengan sasaran ultra mikro, BRI siap masuk ke segmen bisnis yang lebih kecil dari mikro atau go smaller, namun dengan potensi ekonomi yang sangat besar.
Holding BUMN Ultra Mikro yang dibiayai hasil rights issue juga akan berkontribusi terhadap konsep-konsep pembangunan yang berdasarkan Environmental, Social, dan Governance (ESG). Di mana melalui pemberdayaan pelaku usaha ultra mikro akan meningkatkan kapabilitas usaha di segmen ini, selain juga peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
Selain itu, lanjut Sunarso, keberhasilan aksi korporasi tersebut tak terlepas dari komitmen tinggi dari para stakeholders, terutama pemerintah Indonesia dan regulator untuk mendukung terbentuknya Holding BUMN UMi.
“Saya kira ini yang diapresiasi oleh investor publik dengan baik. Dan ini merupakan spirit bahwa sebenarnya struktur ataupun pilar ekonomi Indonesia memang masih mayoritas didukung oleh segmen yang kecil-kecil, terutama di UMKM dan terutama lagi di ultra mikro yang masih banyak yang harus kita layani,” ujar Sunarso.
Baca Juga: BRI dan BP Tapera, Sinergikan Ekosistem Pembiayaan Rumah Murah
Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebut pada 2019 dari 65 juta usaha mikro atau 98,67 persen dari total usaha di Indonesia, terdapat sekitar 58 juta usaha ultra mikro.
Namun hanya sekitar 20 juta usaha ultra mikro saja yang telah memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, perusahaan gadai, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya.
Selain itu bisnis mikro dan UMi mampu menyerap hingga 109,84 juta tenaga kerja di Tanah Air atau menyedot 89,04 persen dari total pekerja secara nasional dengan berkontribusi terhadap PDB sekitar 37,35 persen.
BRI pun optimistis dengan bergabungnya Pegadaian dan PNM, porsi kredit mikro BRI bisa mencapai 50 persen dari total portofolio yang saat ini masih berada di angka 40 persen.
“Dengan bergabungnya dua saudara baru ini (Pegadaian dan PNM), yang spesialisasinya di ultra mikro, porsi di mikro dapat mencapai 50 persen. Sedangkan porsi di UMKM sekarang 80 persen, kita mau naikkan menjadi 85 persen,” pungkasnya.