Suara.com - Harga minya kembali naik pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (6/10/2021) pagi WIB, dengan mencapai level tertinggi sejak 2014 usai OPEC+ tetap berencana untuk meningkatkan produksinya daripada menaikkannya lebih lanjut.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November bertambah 1,31 dolar AS atau 1,7 persen, tetap berada di angka 78,93 dolar AS per barel.
Sementara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 1,30 dolar AS atau 1,6 persen danditutup di 82,56 dolar AS per barel usai sempat mencapai level tertinggi selama tiga tahun di angka 83,13 dolar AS per barel.
Pada Senin (4/10/2021), OPEC+ sepakat mematuhi pakta Juli untuk tetap meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan hingg April 2022, dan menghapus kebijakan 5,8 juta barel per hari dari pengurangan produksi yang ada.
Baca Juga: Krisis Energi, China Bakal Borong Minyak Dunia
"Pasar menyadari kita akan kekurangan pasokan untuk beberapa bulan ke depan dan OPEC tampaknya senang dengan situasi itu," kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Harga minyak melonjak lebih dari 50 persen tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dikhawatirkan negara-negara konsumen minyak mentah seperti Amerika Serikat dan India yang masih berkutat dengan penanganan pandemi COVID-19.
Akhir bulan lalu, Komite Teknis Bersama OPEC+ (JTC) mengatakan pihaknya memperkirakan defisit pasokan 1,1 juta barel per hari tahun ini, yang bisa berubah menjadi surplus 1,4 juta barel per hari tahun depan.
OPEC+ secara bertahap mengurangi rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu dan beberapa analis memperkirakan bahwa aliansi akan memperluas produksinya ke tingkat yang lebih besar untuk mengekang harga.
Meski ditekan agar meningkatkan produksi, OPEC+ khawatir adanya gelombang wabah COVID-19 kembali menekan pemulihan permintaan, demikian sebut salah seorang sumber kepada Reuters.
Baca Juga: Heboh! Polwan Ini Ngaku Dibius dan Diperkosa Dokter Lapas
"Melonjaknya harga gas alam global, dapat mendorong beberapa pembangkit listrik untuk beralih dari gas ke minyak. Sehingga, harga minyak mentah kemungkinan akan tetap didukung meskipun mungkin ada kemunduran jangka pendek," kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy, Gary Cunningham.
"Saya pikir akan ada beberapa aksi ambil untung, tetapi kita akan memasuki musim dingin dengan harga gas alam yang sangat tinggi," kata Cunningham, via Antara.
Investor akan melihat data persediaan minyak mentah pada Rabu waktu setempat dari Badan Informasi Energi AS (EIA) untuk arahan lebih lanjut.
Persediaan minyak mentah dan sulingan AS kemungkinan akan turun minggu lalu, sebuah jajak pendapat awal Reuters menunjukkan.