Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ini mengaku sedang harap-harap cemas melihat sejumlah permasalahan sektor keuangan global, setelah raksasa properti Evergrande mengalami default (gagal bayar) surat utangnya, kini negara super Adidaya Amerika Serikat (AS) dihadapkan kondisi yang sama.
Sri Mulyani pun mengaku akan sangat waspada melihat perkembangan sektor keuangan global kedepannya.
"Beberapa persoalan seperti Evergrande yang ada di RRT atau terjadinya pembahasan di bidang fiskal seperti debt limit yang terjadi di Amerika Serikat, ini semuanya menjadi faktor yang harus kita terus waspadai," kata Sri Mulyani dalam acara Forum Indonesia Bangkit, Rabu (29/9/2021).
Sebagai informasi sebelumnya, Kongres Amerika Serikat (AS) menghadapi tenggat waktu yang semakin dekat terkait mengatasi plafon utang negara sebesar 28,4 triliun dolar AS. Bila dikonversi menjadi Rupiah, nilai tersebut setara dengan Rp405 ribu triliun dengan kurs Rp14.200.
Baca Juga: Sri Mulyani Soroti Krisis Energi di Sejumlah Negara
"Jadi sambil kita melihat dan menjaga pemulihan ekonomi domestik kita kita tidak lengah terhadap perubahan Global yang begitu sangat dinamis. Saat ini maupun kita prediksi Tahun 2022," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan AS tidak pernah mengalami default. Jika itu benar terjadi, maka krisis finansial akan melanda negeri itu.
"Jika batas utang tidak dinaikkan, suatu saat di bulan Oktober, sulit untuk memprediksi kapan waktu tepatnya, saldo kas di Departemen Keuangan tidak akan mencukupi, dan pemerintah federal tidak akan mampu membayar tagihannya," ujar Yellen.
"AS tidak pernah mengalami default, tidak sekalipun. Jika terjadi default maka akan memicu krisis finansial yang bersejarah. Default bisa memicu kenaikan suku tajam suku bunga, penurunan tajam bursa saham, dan gejolak finansial lainnya," tegasnya.
Baca Juga: Ingin Dapat Klaim Asuransi Kendaraan, Dua Pemuda Nekat Bikin Laporan Polisi Palsu