BUMN Farmasi Catat Pendapatan Mentereng Awal 2021, Keuntungan Tembus Rp15 Triliun

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 27 September 2021 | 16:56 WIB
BUMN Farmasi Catat Pendapatan Mentereng Awal 2021, Keuntungan Tembus Rp15 Triliun
Peneliti meriset pembuatan vaksin Merah Putih di salah satu laboratorium PT Bio Farma (Persero), Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tanggung jawab yang diemban Biofarma untuk menangani wabah COVID-19 seperti penyediaan vaksin Covid-19, obat-obatan, multivitamin, serta alat kesehatan, kinerja keuangan Holding BUMN Farmasi (Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma) membuat BUMN itu mencatatkan kinerja positif pada semester I 2021 sebesar 164% yoy, dari Rp5,78 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp15,26 triliun.

Pendapatan terbesar Bio Farma diperoleh dari realisasi pendapatan penugasan yang mencapai Rp8,12 triliun, yang terdiri dari Rp7,97 triliun program vaksin Covid-19 dan 144,30 miliar dari program Vaksinasi Gotong Royong (VGR).

Sementara itu, BUMN lainnya yakni Kimia Farma mencatat income sebesar Rp5,56 triliun pada Semester I 2021. Pendapatan itu berasal dari penjualan produk pihak ketiga sebesar Rp4,1 triliun.

Sedangkan pendapatan Semester I 2021 Indofarma mencapai Rp849.33 miliar, yang berasal dari penjualan obat Obat Generik Berlogo (OGB) dan etchical sebesar Rp492,79 miliar, sisanya dari penjualan alkes multivitamin dan lain-lain.

Baca Juga: Fasilitasi Masyarakat Muaragembong dan Sekitarnya, Polres akan Vaksinasi Malam

Disampaikan oleh Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, dengan data tersebut, kinerja Holding BUMN Farmasi berada di dalam target meski masih menghadapi tantangan untuk penjualan ekspor karena adanya lockdown di beberapa negara penerima produk Holding BUMN Farmasi, khususnya vaksin.

Mengutip dari Warta Ekonomi, dengan instruksi pemerintah, maka saat ini, mereka fokus pada vaksin Covid-19, termasuk dengan obat-obatan, yang digunakan untuk penanganan Covid-19.

"Untuk Bio Farma, penjualan kami tanpa penugasan Covid-19, masih bisa mencapai Rp985 miliar, yaitu mencapai 84,39% dari yang ditargetkan pada Semester I 2021. Pencapaian ini terdiri dari penjualan ekspor yang mencapai Rp549 miliar, dan untuk penjualan dalam negeri (pemerintah), mencapai Rp66,39 miliar, atau baru terealisasi 59,8% dari yang dianggarkan," ungkap Honesti.

Ia menambahkan, Bio Farma juga berhasil berinovasi dengan memproduksi kit diagnostik untuk mendeteksi virus Covid-19, berupa Rapid Test polymerase chain reaction (RT-PCR) yang diluncurkan pada Semester I tahun 2020 lalu oleh Presiden Joko Widodo.

Inovasi yang dihasilkan dari hasil kolaborasi bersama startup itu sudah memenuhi gold standard RT-PCR kit. Bahkan, RT-PCR ini juga dilengkapi dengan media VTM (Viral Transport Media) yang dibuat dan diproduksi secara mandiri oleh Bio Farma.

Baca Juga: Ini Alasannya, Mengapa Masih Gagal Cetak Sertifikat PeduliLindungi

"Penjualan sektor swasta mencapai Rp431 miliar, atau sudah mencapai 105% dari yang dianggarkan sebesar Rp411 miliar. Sebanyak 68,86% dari total penjualan dalam negeri sektor swasta diperoleh dari penjualan untuk RT-PCR dengan nama M-BioCov, mencapai Rp283 miliar," ujar Honesti.

Selain meluncurkan produk RT PCR Kit, Bio Farma juga meluncurkan Bio Saliva, alat uji untuk mendeteksi Covid–19 dengan metode kumur (gargling).

Produk ini adalah pelengkap dari produk sebelumnya, yaitu mBioCov19. Gargle PCR memiliki sensitivitas hingga 95% sehingga dapat digunakan sebagai alternatif selain gold standar SWAB NasofaringOrofaring menggunakan PCR Kit.

Produk ini memiliki keunggulan produk non-invasif yang memberikan kenyamanan terhadap orang yang akan di PCR.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI