Suara.com - Ketahanan gula konsumsi nasional menjadi salah satu fokus utama bagi Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero). Berbagai langkah ditempuh untuk menjawab tantangan ini, melalui transformasi perusahaan terutama dalam menjalankan bisnis gula.
Dalam Webinar yang digelar Pusat Kajian Kebijakan Pertanian UGM, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan, produksi gula nasional sejak 1930 sampai dengan 2020, cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini perlu diperbaiki, sehingga negara tidak tergantung pada gula impor.
“Kami sangat miris melihat perkembangan industri gula, sejak tahun 1930 yang terjadi adalah penurunan produktivitas. Kami berdiskusi dengan para pakar dan kami sepakat bahwa PTPN harus menjadi backbone kemandirian gula nasional,” papar Abdul Ghani ditulis Senin (27/9/2021).
Menjawab permasalahan tersebut, Holding PTPN mengambil langkah cepat dan terukur dengan melihat semua peluang yang ada. Selain itu, kata Ghani, Holding Perkebunan akan mengurangi risiko-risiko yang berpotensi muncul sehingga tujuan utama tranformasi bisnis gula tetap tercapai.
Baca Juga: Cara Membuat Permen Dalgona Seperti di Serial Squid Game
“Adapun empat tujuan utama trasformasi bisnis gula PTPN yakni mewujudkan kemandirian gula konsumsi, mengurangi impor gula, meningkatkan kesejahteran petani dan menjaga stabilitas harga gula ritel,” jelas Abdul Ghani.
Dalam mewujudkan tujuan tranformasi bisnis gula, Holding PTPN melakukan restrukturisasi bisnis gula, sebagai langkah strategis menjawab tantangan ketahanan gula konsumsi nasional. Restrukturisasi bisnis gula tersebut merupakan bagian dari 88 Program Strategis Kementerian BUMN, Kabinet Indonesia Maju 2020-2024.
“Salah satu langkah strategis yang dilakukan Holding Perkebunan Nusantara adalah penandatanganan akta notaris pendirian Sugar Co,. bertepatan dengan HUT RI ke-76, 17 Agustus lalu. Akta notaris tersebut menandai terbentuknya entitas baru bernama PT Sinergi Gula Nusantara,” imbuh Abdul Ghani.
PT Sinergi Gula Nusantara merupakan gabungan tujuh PTPN pengelola perkebunan tebu, yaitu PTPN II di Sumatera Utara, PTPN VII di Lampung, PTPN IX di Jawa Tengah, PTPN X, PTPN XI, dan PTPN XII di Jawa Timur, serta PTPN XIV di Sulawesi Selatan.
Menurut Ghani, restrukturisasi bisnis gula juga merupakan bagian dari langkah transformasi bisnis yang sudah dilakukan Holding Perkebunan Nusantara. Transformasi tersebut terdiri dari lima strategi, yang meliputi tiga strategi utama; Optimalisasi Portfolio & Operational Excellence, Commercial Excellence & Ekspansi Hilir dan Optimalisasi Aset & Kemitraan Strategis dan dua strategi pendukung yaitu; Pengembangan Kapabilitas dan Budaya & Peningkatan System dan Teknologi.
Baca Juga: 4 Khasiat Lidah Buaya, Diklaim Ampuh Meredakan Mulas sampai Merawat Kulit
Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc, selaku Guru Besar Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian UGM, menyebutkan masih ada peluang besar untuk dapat meningkatkan produksi gula nasional dengan teknologi yang sekarang sudah dikuasai petani.
“Berdasarkan riset yang telah kami lakukan, ada optimisme untuk dapat mewujudkan ketahanan gula konsumsi nasional, salah satunya melalui program kemitraan berbasis “Konsolidasi Manajemen Tebu Rakyat,” ungkap Irham.