Suara.com - Menanggapi pandemi COVID-19 yang masih melanda Indonesia sampai saat ini, Serikat Petani Kelapa Sawit Indonesia (SPKS) pada peringatan Hari Tani Nasional 2021 menyalurkan paket bantuan darurat kepada sekitar 1.600 petani sawit kecil di 14 kabupaten sentral sawit di Indonesia.
SPKS mencatat, sejak merebaknya COVID-19 pada Maret 2020 hingga saat ini, petani kelapa sawit sudah merasakan dampaknya terhadap pendapatan mereka.
Meskipun harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit saat ini tergolong baik (sekitar Rp 1500- Rp 2500/kg) namun peta, petani kelapa sawit skala kecil masih mendapatkan harga yang jauh lebih rendah, yaitu di bawah Rp 1500/kg karena harus menjual produknya melalui tengkulak.
Sementara itu, harga kebutuhan pokok dan biaya pengelolaan perkebunan rakyat juga mengalami kenaikan di masa pandemi COVID-19.
Baca Juga: KLHK Tetap Hentikan Perizinan Baru Kebun Sawit
“Pemberlakuan kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dari bulan Juli lalu, membatasi aktivitas masyarakat akibatnya pandemi COVID-19 di Indonesia tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan, penghidupan, aktivitas sehari-hari dan perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk petani kelapa sawit," jelas Sekjen SPKS Mansuetus Darto ditulis Senin (27/9/2021).
“Saya sangat prihatin dengan kondisi petani sawit kita saat ini. Sangat penting bahwa kita perlu bekerja sama, berkolaborasi, dan saling membantu selama masa sulit ini. Dengan semua kesulitan yang sedang berlangsung, dan sekarang dengan pandemi COVID-19, adalah kunci untuk mendukung petani kecil kami untuk memungkinkan mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga untuk dapat terus melakukan praktik berkelanjutan,” Darto menambahkan.
SPKS sebagai salah satu organisasi petani kelapa sawit yang berkomitmen untuk produksi Bebas Deforestasi dan anggota Pendekatan Stok Karbon Tinggi (HCSA), menerima dukungan dana dari sebuah yayasan yang berbasis di Inggris melalui HCSA.
Dukungan ini akan disalurkan oleh SPKS kepada petani kecil yang mengelola lahan kurang dari 2 hektare atau petani kecil, mendukung konservasi hutan dan prinsip Bebas Deforestasi di bawah HCSA.
Paket bantuan darurat tersebut berupa sembako (beras, gula, minyak goreng, telur dan mie instan, serta susu kaleng) berjumlah 1.600 paket untuk dibagikan kepada 1.600 petani skala kecil.
Baca Juga: Pemerintah Harus Pertimbangkan Lanjutkan Moratorium Sawit
Selain sembako, sebanyak 7.500 masker kain dan lima tabung oksigen juga bagikan. Lokasi pendistribusian tersebar di 13 kabupaten, yaitu di Kecamatan Sanggau, Sekadau, Sintang, Paser, Kobar, Seruyan, Labura, Rokan Hulu, Kuansing, Siak, Pelalawan, dan Muba, yang merupakan lokasi anggota dari SPKS.
“Dengan bantuan darurat ini, kami berharap para petani kelapa sawit kita dapat mempertahankan praktik berkelanjutan mereka sambil melestarikan hutan sebagai “rumah sakit” tradisional bagi masyarakat pedesaan,” tambah Darto.
“Setiap segmen rantai pasokan itu penting. Kita harus siap untuk mendukung keberlanjutan seluruh rantai pasokan, terutama bagi petani kecil karena mereka tidak memiliki banyak hal untuk memulai; sebagian besar sumber daya mereka telah diambil dari mereka atau tidak tersedia lagi bagi mereka,” kata Aida Greenbury, penasihat senior keberlanjutan di SPKS.
Albertus Darius, salah satu petani kelapa sawit dengan lahan pertanian seluas 1,8 hektare yang membantu menjaga hutan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, sangat berterima kasih kepada SPKS atas bantuan yang mereka terima dalam situasi sulit saat ini.
Sementara itu, Iwan Himawan, petani kelapa sawit yang merupakan kepala desa Krayan Bahagia di Paser Kalimantan Timur mengatakan, bantuan tersebut sangat dibutuhkan untuk meringankan beban keluarga petani di masa pandemi.
Yusro Fadli petani sawit, juga Ketua SPKS Kab. Rokan Hulu Riau bantuan ini sangat bermanfaat untuk petani sawit yang terdampak Pandemi Covid-19, diapun mengajak kepada Perusahaan Perkebunan Sawit atau Pabrik Kelapa Sawit serta stakeholder yang bergerak di sektor sawit agar lebih peka memberikan perhatian kepada petani sawit skala kecil yang terdampak pandemi COVID-19.