Suara.com - Akhir perjalanan perusahaan Theranos yang didirikan oleh Elizabeth Holmes memiliki kesan tersendiri bagi Mantan menteri pertahanan AS, James Mattis.
Pria yang sempat menjabat dewan perusahaan itu awalnya mengaku kaget dengan tes darah Holmes. Namun, pada 2016 silam, Holmes diduga melakukan penipuan.
Meski tuduhan mengarah padanya, wanita 37 tahun itu masih menyangkal tuduhan penipuan pasien dan investor. Ia akan tetap menghadapi tuntutan hukum 20 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Dilansir dari BBC, Holmes yang pernah dijuluki "The Next Steve Jobs" itu mendadak terkenal pada tahun 2013 berkat pengembangan teknologi yang ia klaim dapat menguji berbagai penyakit hanya dengan beberapa tetes darah dari tusukan jari. Namun, belakangan tes tersebut tidak terbukti.
Baca Juga: Surat Lamaran Kerja Steve Jobs Dilelang, Laku Rp 4,9 Miliar
Jenderal Mattis, yang menjabat di bawah Donald Trump, adalah salah satu dari sejumlah tokoh politik yang duduk di dewan Theranos antara tahun 2013 dan 2016.
Di hadapan pengadilan San Jose pad Rabu (22/9/2021) lalu, Mattis mengaku saat itu tertarik dengan teknologi tersebut. Ia bahkan rela darahnya diambil di belakang panggung sebuah acara di San Francisco pada 2011 untuk menunjukkan betapa mudahnya tes itu digunakan.
"Ini adalah sesuatu yang sangat baru, saya terus terang kagum dengan apa yang mungkin terjadi berdasarkan apa yang dikatakan Nyonya Holmes," kata dia.
Ia bahkan menyebut Holmes berhasil menarik perhatian investor terkenal seperti Rupert Murdoch agar mau mendukungnya. Wanita itu ia sebut sebagai sosok yang pandai berbicara.
Alhasil, jenderal pemilik bintang empat ini menginvestasikan USD85.000 (Rp1,2 miliar) dari uangnya sendiri dalam bisnis ini.
Baca Juga: Nium, Startup Portfolio MDI Ventures Jadi Unicorn-Global B2B Payments di Asia Tenggara
Ketika tahun 2015 Wall Street Journal melaporkan bahwa tes Theranos cacat, Jenderal Mattis awalnya mengira laporan itu sebagai bentuk berita reporter yang sembarangan.
Surat kabar itu juga mengklaim Theranos melakukan sebagian besar pengujiannya pada mesin yang tersedia secara komersial yang dibuat oleh produsen lain.
"Ada titik di mana saya tidak tahu lagi apa yang harus dipercayai tentang Theranos," katanya, seraya menambahkan bahwa dia langsung berhenti menghadiri rapat dewan.
Usai tuduhan itu terbukti, Holmes dilarang menjalankan perusahaan tes darah selama dua tahun pada tahun 2016, perusahaannya rintisannya dibubarkan pada tahun 2018.
Jaksa mengatakan Holmes bersama mantan pacarnya, Ramesh Balwani, beralih ke penipuan pada tahun 2009 setelah perusahaan farmasi besar menolak untuk mendukung Theranos dan mereka kehabisan uang tunai.
Mereka diduga berbohong tentang tes dan melebih-lebihkan kinerja perusahaan untuk mengamankan investasi USD700 juta (Rp9,9 triliun).
Namun, pengacara Holmes mengatakan dia tidak bermaksud untuk menipu, tetapi secara naif meremehkan tantangan yang dihadapi bisnisnya.
Holmes juga menuduh Balwani melecehkannya secara emosional dan psikologis selama bertahun-tahun hingga merusak kondisi mentalnya. Namun Balwani telah membantah tuduhan tersebut.