Suara.com - Pada Rabu (22/9/2021) kemarin, Kepala Federal Reserve AS Jerome Powell mengklaim, masalah utang Evergrande hanya memberi dampak pada China dan tidak akan berdampak pada sektor korporasi Amerika Serikat.
Potensi gagal bayar (default) oleh Evergrande, penerbit obligasi sampah terbesar di Asia, mendorong aksi jual tajam di Wall Street dan melebarkan spread pada obligasi imbal hasil tinggi AS pada Senin (20/9/2021), meskipun pasar telah stabil sejak saat itu.
“Dalam hal implikasinya bagi kami, tidak banyak paparan langsung ke Amerika Serikat. Bank-bank besar China tidak terlalu terekspos, tetapi Anda akan khawatir itu akan mempengaruhi kondisi keuangan global melalui saluran kepercayaan global dan hal semacam itu," kata Powell kepada wartawan setelah pertemuan kebijakan The Fed.
"Tapi saya (yakin) tidak akan (memberi dampak) paralel dengan sektor korporasi Amerika Serikat," kata dia lagi.
Baca Juga: Arief Muhammad Kaget dengan Proses Tes PCR di AS, Ini Videonya
Terlebih, menurutnya, sejak wabah COVID-19 melanda dunia, The Fed lebih khawatir terhadap gelombang gagal bayar oleh perusahaan-perusahaan yang sangat berpengaruh.
"Mencatat bahwa hal itu tidak terwujud secara signifikan karena Undang-Undang CARES (Coronavirus Aid, Relief, and Economic Security) AS dan tindakan oleh bank sentral. Saat ini, tingkat gagal bayar perusahaan "sangat, sangat rendah," katanya, dikutip dari Antara.
Terkait Evergrande, Powell mengatakan China memiliki utang yang sangat tinggi untuk ekonomi pasar yang sedang berkembang dan bahwa pemerintahnya memberlakukan batasan baru untuk perusahaan dengan leverage tinggi.
Rabu kemarin, Evergrande sudah menyetujui untuk menyelesaikan pembayaran bunga pada obligasi domestik.
Bank sentral China juga menyuntikkan uang tunai ke dalam sistem perbankan, untuk sementara menenangkan ketakutan investor akan penularan yang telah menekan ekuitas dan aset berisiko lainnya pada awal pekan.
Baca Juga: 10 Fakta Penurunan Signifikan Harga Bitcoin BTC Senin Kemarin