Suara.com - Harga minyak dunia melesat pada perdagangan Rabu, setelah stok minyak mentah Amerika jatuh ke level terendah dalam tiga tahun.
Mengutip CNBC, Kamis (23/9/2021) minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, melambung USD1,74 atau 2,5 persen menjadi USD72,23 per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup meroket USD1,83 atau 2,5 persen menjadi USD76,19 per barel.
Permintaan bahan bakar secara keseluruhan pulih ke tingkat pra-pandemi. Produk yang dipasok selama empat pekan terakhir mencapai hampir 21 juta barel per hari, tidak jauh dari puncak 2019.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bakal Terdampak Melemahnya Permintaan
Sedangkan persediaan minyak mentah Amerika pekan lalu turun 3,5 juta barel menjadi 414 juta barel, level terendah sejak Oktober 2018 sesuai data Badan Informasi Energi (EIA) AS.
"Harga minyak mentah tetap didukung karena permintaan pulih di seluruh dunia dan persediaan terus berkurang," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Fasilitas minyak di Teluk Meksiko terus kembali berproduksi, dengan output mingguan naik 500.000 barel per hari dalam pekan terakhir menjadi 10,6 juta barel per hari.
BP mengatakan keempat fasilitas lepas pantainya di wilayah tersebut kembali beroperasi setelah Badai Ida, berproduksi pada 12 September.
Juga mendukung harga adalah kesulitan oleh anggota OPEC yang berjuang untuk meningkatkan produksi. Kenaikan harga di pasar lainnya, seperti gas alam, juga mendukung minyak, dengan gangguan di pasar energi menyebabkan krisis pasokan di Eropa dan Asia.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok 2 Persen, Ini Penyebabnya
Federal Reserve, yang memulai pertemuan kebijakan dua hari pada Selasa, mengisyaratkan kenaikan suku bunga mungkin mengikuti lebih cepat dari ekspektasi. Pengetatan kebijakan moneter dapat memangkas toleransi investor terhadap aset berisiko seperti minyak.