Suara.com - Efek kecemasan investor global akan gagal bayarnya raksasa properti asal China, Evergrande membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah sepanjang perdagangan hari ini.
Mengutip data RTI, Selasa (21/9/2021) IHSG pada penutupan perdagangan sore ini berakhir dalam teritori negatif dengan melemah 0,25% atau terkoreksi 15,5 basis point ke level 6.060.
IHSG terpantau bergerak dari batas atas pada level 6.068 hingga batas bawah pada level 5.996, setelah dibuka di level 6.049 tadi pagi.
Investor melakukan transaksi senilai Rp11 triliun. Pada pasar reguler terjadi transaksi senilai Rp9,3 triliun. Pada sisi investor asing, tercatat melakukan aksi beli sebesar Rp2,6 triliun dan aksi jual sebesar Rp2,8 triliun.
Baca Juga: 10 Fakta Penurunan Signifikan Harga Bitcoin BTC Senin Kemarin
Adapun investor asing tercatat jual bersih (net sell) sebesar Rp232,24 miliar.
Saham-saham yang tergolong top gainer antara lain, DSFI yang naik 32 point atau menguat 34,78% ke level 124. Dilanjutkan TRIS yang naik 50 point atau menguat 34,72% ke level 194.
ARKA menguat 34,66% atau bertambah 26 point ke level 101. CAKK menguat 28,57% atau naik 26 point ke level 117. BIMA menguat 27,69% atau naik 36 point ke level 166.
Sedangkan saham-saham yang tergolong top losser antara lain CANI turun 10 point atau melemah 6,99% ke level 133. JECC melemah 6,93% atau koreksi 475 point ke level 6.375.
BBSS terkoreksi 4 point atau melemah 6,89% ke level 54. TRUE terpangkas 20 point atau melemah 6,89% ke level 270. MIDI melemah 170 point atau turun 6,82% ke level 2.320.
Baca Juga: Investor Takut Gagal Bayar Evergrande, Nilai Yuan China Makin Amblas
Sementara Indeks LQ45 tercatat melemah 0,36% ke level 851. Sedangkan JII naik 0,33% ke level 535 selanjutnya, IDX30 tercatat terkoreksi 0,47% ke level 453. Sementara IDX80 turun 0,19% ke level 122.
Sebagai informasi, saat ini investor dunia sedang dipusingkan dengan gagal bayar atau default Evergrande. Evergrande adalah raksasa perusahaan real estat China yang paling terbebani utang saat ini.
Perusahaan memiliki tagihan, pinjaman, dan pembayaran obligasi yang belum dibayar senilai US$300 miliar atau Rp4.290 triliun, dengan kurs Rp14.300/ dolar AS.