Suara.com - Harga minyak dunia relatif stabil pada perdagangan Kamis, setelah menyentuh level tertinggi sehari sebelumnya.
Stabilnya harga minyak ini dikarenakan ancaman terhadap produksi minyak mentah Teluk Amerika dari Badai Nicholas mulai mereda.
Mengutip CNBC, Jumat (17/9/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 21 sen, atau 0,3 persen menjadi 75,67 dolar AS per barel, pada sesi Rabu Brent menyentuh 76,13 dolar AS per barel menuju tingkat tertinggi sejak 30 Juli.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri sesi tidak berubah di 72,61 dolar AS per barel setelah melejit ke level tertinggi sejak 2 Agustus, Rabu.
Baca Juga: Stok Menipis, Harga Minyak Dunia Melesat 2,5 Persen
"Dengan harga sekarang kembali di sekitar tingkat tertinggi musim panas, kami melihat beberapa aksi ambil untung, tetapi reli terus terlihat didukung dengan baik," kata Craig Erlam, analis OANDA.
Perusahaan energi Teluk Amerika dapat memulihkan jaringan pipa dan listrik dengan cepat setelah Badai Nicholas menghantam Texas awal pekan ini, memungkinkan mereka untuk fokus pada upaya untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan Badai Ida beberapa pekan sebelumnya.
"Ketika Nicholas menyelamatkan produksi Amerika dari gangguan lebih lanjut, sulit untuk melihat bagaimana harga minyak dapat meningkat lebih jauh dalam jangka pendek," kata analis Rystad Energy, Nishant Bhushan.
Brent reli sekitar 45 persen tahun ini, didukung pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, ditambah beberapa pemulihan dari jatuhnya permintaan terkait pandemi tahun lalu.
Minyak juga mendapatkan dukungan dari lonjakan harga listrik Eropa, yang melesat karena sejumlah faktor termasuk stok gas yang rendah dan pasokan gas yang lebih rendah dari normal dari Rusia.
Baca Juga: Badai Nicholas Memberi Pengaruh ke Pergerakan Harga Minyak Dunia