Suara.com - Selama pandemi Covid-19, istilah dana darurat makin gencar digaungkan. Manfaat dana darurat untuk menjaga keseimbangan finansial juga banyak disebutkan oleh para perencana keuangan.
Dana darurat adalah suatu istilah yang ditujukan untuk sejumlah uang yang sengaja dicadangkan oleh pemiliknya. Sering disalah-artikan sebagai tabungan, dana darurat sebenarnya tidak diperuntukkan untuk tujuan keuangan tertentu. Dana darurat diperlukan untuk keperluan yang sifatnya mendadak dan mendesak.
Setiap individu dianjurkan memiliki dana darurat minimal tiga kali pengeluaran bulanan untuk yang masih lajang dan dua belas kali pengeluaran bulanan untuk yang sudah berkeluarga. Agar memiliki dana darurat yang sehat sisihkan minimal sepuluh persen dana dari total pendapatan setiap bulan.
Bagi seorang karyawan dengan pendapatan tetap setiap bulan dianjurkan untuk membuat pos-pos pengeluaran secara rinci.
Baca Juga: Perintah Jokowi, PPKM Terus Berlaku Sampai Pandemi Covid-19 Terkendali
Dengan demikian, ada bagian dari gaji yang masuk dalam dana darurat. Meletakkan dana darurat dalam tabungan terpisah atau deposito juga bisa menjadi pilihan.
Manfaat dana darurat bisa digunakan untuk berbagai macam hal. Pertama, apabila terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dana darurat bisa digunakan untuk menutupi biaya kebutuhan pokok hingga mendapatkan pekerjaan baru.
Untuk mengantisipasi adanya PHK ini dana darurat juga bisa dikumpulkan lewat pekerjaan sampingan atau side hustle.
Mencari pekerjaan baru juga tidaklah mudah, terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Bukan hanya pertimbangan gaji yang sesuai, melainkan suasana kerja yang nyaman yang belum tentu dimiliki setiap perusahaan. Kita juga perlu mengantisipasi lama waktu menganggur.
Kedua, manfaat dana darurat adalah untuk kebutuhan kesehatan. Kesehatan adalah sesuatu yang sifatnya sangat tidak pasti.
Baca Juga: Akui Aturan PPKM Tidak Konsisten dan Berubah Setiap Pekan, Ini Alasan Luhut
Meskipun memiliki asuransi kesehatan, perlu juga mengantisipasi tagihan yang tidak tertutup oleh asuransi. Beban ini akan lebih berat jika ada anggota keluarga yang mesti ditanggung biaya kesehatannya.
Ketiga, biaya tidak terduga. Contoh biaya tak terduga adalah renovasi hunian, renovasi kendaraan, atau membeli kebutuhan rumah.
Biaya tak terduga ini bisa menjadi jalan jeratan hutang apabila tak dipersiapkan dengan baik. Pasalnya, biaya tak terduga sering terlewat dalam hitungan pengeluaran bulanan.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni