Saham China Melemah Dampak Lonjakan Kasus COVID-19 Dalam Negeri, Indonesia Waspada?

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 15 September 2021 | 15:44 WIB
Saham China Melemah Dampak Lonjakan Kasus COVID-19 Dalam Negeri, Indonesia Waspada?
Peneliti mengenakan pakaian pelindung lengkap sebelum masuk ke dalam sebuah laboratorium di pusat pengendalian dan pencegahan di tengah merebaknya wabah virus corona di Taiyuan, Provinsi Shanxi, China (Antara/cnsphoto via Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saham gabungan China ditutup melemah pada Rabu (15/9/2021) terdampak data industri dan aktivitas ritel yang lemah membebani sentimen. Selain itu, wabah COVID-19 kembali membuat investor khawatir terkait pemulihan ekonomi.

Indeks Komposit Shanghai terkikis 0,17 persen atau 6,38 poin menjadi menetap di 3.656,22 poin, melanjutkan penurunan tajam 1,42 persen sehari sebelumnya. Indeks saham-saham unggulan CSI300 merosot 1,01 persen atau 49,84 poin menjadi ditutup di 4.867,32 poin.

Sektor pabrik dan ritel China tersendat bulan lalu. Output dan pertumbuhan penjualan mencapai posisi terendah dalam satu tahun karena wabah baru Virus Corona dan gangguan pasokan.

"Kami berharap Beijing menggunakan langkah-langkah pelonggaran yang lebih umum untuk mengimbangi sikap pengetatannya pada sektor properti dan emisi karbon," kata analis Nomura, dikutip via Antara.

Baca Juga: TOP 3 NEWS: Mengusut Petasan Kertas Alquran Hingga Deretan Pejabat Kaya Indonesia

Sub-indeks kebutuhan pokok konsumen dan sub-indeks pariwisata turun sekitar 2,0 persen. China dikabarkan masih membatasi aktivitas usai adanya laporan wabah COVID-19 di Fujian Tenggara, dan beberapa kota telah mengeluarkan peringatan perjalanan menjelang hari libur besar.

"Pemulihan penjualan ritel kemungkinan akan terus lamban karena wabah virus baru-baru ini dapat mengurangi kepercayaan konsumen dan keinginan orang untuk bepergian," kata HSBC dalam sebuah catatan.

Sektor real estat dan bank masing-masing turun 2,5 persen dan 0,9 persen, karena masalah yang terkait dengan China Evergrande Group memicu kekhawatiran risiko yang lebih luas terhadap pasar real estat dan sistem keuangan negara itu.

“Kami pikir Beijing bersedia menanggung rasa sakit jangka pendek untuk mencari keuntungan jangka panjang, dan kali ini Beijing tidak akan dengan mudah membatalkan pembatasan propertinya,” kata Nomura.

Sementara itu, sub-indeks yang melacak saham-saham energi menguat 1,5 persen setelah harga minyak naik.

Baca Juga: Covid-19 Melandai, Sekolah di Siak Mulai Pembelajaran Tatap Muka

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI