Suara.com - Jumlah warga yang mendonorkan plasma konvalesen ke Palang Merah Indonesia (PMI) di Kota Jogja makin menurun usai ledakan kasus COVID-19 pada Juli lalu.
"Kalau yang (pendonor) plasma konvalesen itu memang agak susah ya. PPKM ini juga tidak banyak," kata Kepala Bidang 2 Organisasi, PMI Kota Yogyakarta, Edy Buwono saat ditemui wartawan di Kantor PMI Kota Jogja, Sabtu (11/9/2021).
Lebih jauh, Edy mengatakan, dalam sehari PMI Kota hanya menerima 4-5 orang pendonor plasma konvalesen. Bahkan pernah sehari, tidak ada sama sekali. Hal ini berbeda dengan awal tahun saat jumlah pendonor plasma konvalesen mencapai 10 orang lebih.
"Jadi yang mendaftar tetap kami periksa, apakah darahnya layak atau tidak. Jadi dalam sehari bisa saja tidak ada yang memenuhi syarat dan ditolak," terang dia.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melandai, Bed Isolasi RS di Jakarta Hanya Terpakai 11 Persen, ICU 23 Persen
Edy tak mengetahui persis total pendonor atau jumlah kantong darah plasma konvalesen yang terkumpul. Kendati begitu pihaknya meyakini masih tersedia beberapa kantong namun tak bisa memastikan jumlahnya.
"Jumlahnya belum tahu, tapi karena yang mendonorkan sedikit, kemungkinan juga sedikit ya (ketersediannya)" ujar dia.
Saat ini, PMI Kota Jogja baru memiliki 1 alat pengolah darah untuk pengambilan sampel plasma darah. PMI mengaku ingin menambah satu alat baru, meski hal itu diurungkan mengingatmasalah kepengurusan PMI yang belum menemukan titik terang.
Untuk pendonor plasma konvalesen, pasien harus menunggu lebih kurang 3 bulan usai dinyatakan positif Covid-19. Selain itu dalam mengolah darah untuk mendapatkan plasma, sedikitnya membutuhkan waktu 2 jam.
Meski pendonor plasma konvalesen masih sedikit, donor darah yang biasa dilakukan PMI masih banyak. Dalam sebulan sedikitnya terkumpul 3.000 kantong darah.
Baca Juga: Masyarakat Bisa Ikuti Vaksinasi COVID-19 di Rest Area KM 19 Tol Japek
"Untuk donor darahnya masih cukup dan belum pernah kekurangan selama pandemi ini. Jadi kami 24 jam membuka layanan donor darah," terang dia.
Meski demikian, selama pandemi Covid-19 ini, jumlahnya terbilang sedikit. Pasalnya sebelum Covid-19 menyebar di Jogja, tiap bulan pihaknya bisa mendapat 4.000 kantong darah.
"Tapi meski turun, kebutuhan darah di tiap rs masih tercukupi. Kami juga mengupayakan cara lain jika memang kebutuhan banyak dan jumlah kantong darah menipis," pungkasnya.