Siti berkeyakinan, usaha miliknya mampu berkembang maksimal dengan menyasar pelanggan dari dalam dan luar negeri. Tidak hanya bawang goreng, ia pun memproduksi sambal pecal, stik udang dan makanan olahan khas lainnya.
Bertahan di Tengah Pandemi
Dampak pandemi virus corona juga turut memaksa usaha bawang goreng milik Siti kesulitan hingga hampir mati. Perbatasan antar negara ditutup, akhirnya pengiriman barang ke luar negeri menjadi sulit.
Penjualan di dalam negeri, di dalam pulau, di dalam kota pun terasa sulit. Daya beli masyarakat menurun, seiring dengan sulitnya ekonomi.
"Kami menyikapinya memang harus bertahan. Sebagai entrepreneur kami harus belajar dari setiap situasi," kata dia.
Ia lantas mempelajari penyebab para pelanggan meninggalkan produknya. Apabila ekspor rasanya tidak mungkin, maka ia harus merebut kembali pasar dalam kota yang hilang selama awal pandemi COVID-19.
Warga kini tidak lagi berbelanja ke swalayan tempat produksi bawang goreng, sambal dan pecalnya selama ini dijual.
Masyarakat tidak dapat pergi jauh dari rumah demi mematuhi anjuran pemerintah. Mereka berpaling ke warung-warung yang lebih dekat rumah.
Siti kemudian merubah strategi pemasarannya. Dari menjual di swalayan, jadi ke warung-warung di perumahan. Ia mengerahkan timnya untuk merebut hati pemilik kedai, agar dapat menjajakan hasil produksinya.
Baca Juga: Positif Covid-19, Granit Xhaka Absen Bela Swiss di Kualifikasi Piala Dunia
"Akhirnya kami larinya ke sana. Karena penjualannya bukan hanya market besar saja, tapi juga market kecil. Analisa kami, permintaannya lebih banyak di sana, maka kami pindahkan," katanya.