Harga Minyak Dunia Terus Merosot Imbas Badai Ida yang Melemahkan Permintaan

Rabu, 01 September 2021 | 08:31 WIB
Harga Minyak Dunia Terus Merosot Imbas Badai Ida yang Melemahkan Permintaan
Perkembangan harga minyak dunia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia merosot 1 persen pada perdagangan Selasa, membukukan kerugian bulanan pertama sejak Maret, karena permintaan diperkirakan turun setelah Badai Ida menutup pengilangan Gulf Amerika.

Mengutip CNBC, Rabu (1 /9/2021) minyak mentah berjangka Brent untuk Oktober, yang akan berakhir Selasa, ditutup turun 42 sen, atau 0,6 persen, menjadi 72,99 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melorot 71 sen, atau 1 persen menjadi 68,50 dolar AS per barel.

Kedua benchmark tersebut membukukan penurunan bulanan pertama sejak Maret, meski tidak jauh dari level tertinggi Juli. Brent, patokan internasional, kehilangan 4 persen pada Juli sementara WTI, patokan Amerika Serikat, turun 7 persen.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Lagi Usai Diterjang Badai Ida

Badai Ida, yang mendarat di Amerika Serikat, Minggu, sebagai badai Kategori 4, memukul setidaknya 94 persen produksi minyak dan gas lepas pantai Teluk Meksiko dan menyebabkan kerusakan parah pada jaringan listrik Louisiana.

Harga tertekan oleh kekhawatiran bahwa pemadaman listrik dan banjir di Louisiana setelah Badai Ida akan memangkas permintaan minyak mentah dari pengilangan.

Sekitar 1,7 juta barel per hari (bph) produksi minyak lepas pantai ditutup, tetapi produksi itu dapat dilanjutkan lebih cepat ketimbang banyak operasi penyulingan di sepanjang Teluk yang kekurangan pasokan listrik.

Analis FGE memperkirakan sekitar tiga perempat dari produksi lepas pantai akan dilanjutkan pada akhir pekan ini.

OPEC dan produsen sekutu di OPEC Plus sepakat untuk menambah 400.000 barel per hari ke pasokan bulanan hingga akhir Desember. Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok tersebut kemungkinan akan mempertahankan rencana itu meski ada tekanan Amerika untuk lebih banyak produksi.

Baca Juga: Waspadai Badai Terburuk selama 170 Tahun

Data OPEC menunjukkan pasar akan menghadapi defisit hingga akhir 2021, tetapi kemudian berubah menjadi surplus pada 2022.

"Ini akan merusak kredibilitas OPEC Plus untuk mengubah persyaratan tersebut hanya setelah satu bulan," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho.

Colonial Pipeline - jalur bahan bakar Amerika terbesar ke Pantai Timur - memulai kembali jalur bensin dan sulingan utamanya, Selasa, setelah ditutup sebelum badai, tetapi beberapa pengilangan melaporkan kerusakan pada pabrik mereka.

Royal Dutch Shell Plc menemukan bukti kerusakan bangunan di pengilang Norco, Louisiana, yang berkapasitas 230.611 barel per hari, kata juru bicara perusahaan, Selasa.

Stok minyak mentah AS turun 4 juta barel, sementara persediaan bensin naik 2,7 juta barel dan stok sulingan menyusut 2 juta barel, menurut dua sumber pasar, mengutip data American Petroleum Institute, Selasa.

Data inventaris resmi dari Badan Informasi Energi Amerika diprediksi Rabu waktu setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI