Data Aplikasi eHAC Mudah Dibobol Hacker, Bagaimana Dengan PeduliLindungi?

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 31 Agustus 2021 | 14:52 WIB
Data Aplikasi eHAC Mudah Dibobol Hacker, Bagaimana Dengan PeduliLindungi?
Aplikasi PeduliLindungi pada ponsel pintar. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Usai adanya kebocoran data pada aplikasi eHac (Electronic Health Alert Card) yang diungkapkan vpnMentor, kini Kementerian Kesehatan mengklaim aplikasi PeduliLindungi aman.

Disampaikan Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, Annas Maaruf, kebocoran data itu terjadi pada apliaksi eHAC yang lama. Sementara saat ini eHAC sudah terintegrasi dengan aplikasi Peduli Lindungi.

'Untuk eHAC di Peduli Lindungi server-nya, infrastruktur berada di Pusat Data Nasional dan terjamin pengamanan didukung kementerian lembaga terkait yaitu Kominfo dan BSSN," kata dia dalam konferensi pers online, Selasa (31/8/2021).

Ia melanjutkan, seluruh sistem informasi yang terkait dengan pengendalian Covid-19 ada di dalam pusat data nasional.

Baca Juga: Orang Positif Covid-19 yang Masih Berkeliaran Akan Ditandai Kode Hitam di PeduliLindungi

Sementara eHAC yang tidak lagi digunakan sejak 2 Juli 2021 karena telah terintegrasi dengan aplikasi Peduli Lindungi.

Pemerintah juga meminta masyarakat untuk mengunduh Peduli Lindungi. Pemanfaatan eHac untuk perjalanan bisa dilakukan di aplikasi tersebut.

Selain itu, bagi yang sudah menginstall aplikasi eHAC, pemerintah juga meminta menghapus atau menguninstall aplikasi tersebut.

"Meminta menghapus dan menghilangkan atau uninstaall aplikasi eHac yang lama terpisah," kata Annas, dikutip via Batamnews.

Sebelumnya peneliti siber dari vpnMentor menemukan kebocoran dari eHAC. Aplikasi uji dan lacak eHAC ini untuk menyimpan lebih dari 1,4 juta data dari 1,3 juta pengguna eHAC.

Baca Juga: Perusahaan Sektor Kritikal Wajib Gunakan Aplikasi PeduliLindungi Mulai 7 September

Data yang bocor meliputi ID pengguna yang berisi nomor kartu tanda penduduk (KTP), paspor serta data dari hasil tes Covid-19, alamat, nomor telepon dan nomor peserta rumah sakit, nama lengkap, tanggal lahir, pekerjaan, dan foto.

Para peneliti juga menemukan data dari 266 rumah sakit dan klinik di seluruh Indonesia serta nama orang yang bertanggung jawab untuk menguji setiap pelancong, dokter yang menjalankan tes, informasi tentang berapa banyak tes yang dilakukan tiap hari, dan data tentang jenis pelancong.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI