Kapal Tongkang Seharga Rp30 Miliar Tetap Laris Saat Pandemi Covid-19

Erick Tanjung Suara.Com
Senin, 30 Agustus 2021 | 20:22 WIB
Kapal Tongkang Seharga Rp30 Miliar Tetap Laris Saat Pandemi Covid-19
Lokasi pembuatan kapal tongkang di Batam, yang dinakhodai Hengky Suryawan (Antara/Nikolas Panama)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah seorang pengusaha perkapalan dan pelayaran nasional, Hengky Suryawan, mengatakan pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi bisnis perdagangan kapal tongkang dan kapal tugboat, karena permintaan terhadap kapal tersebut tetap stabil.

"Kapal tongkang dan tugboat yang kami produksi di Batam tetap terjual, meski harganya meningkat sejak pandemi," kata Hengky di Tanjungpinang, Senin (30/8/2021).

Hengky mengemukakan setiap tahun pihaknya rata-rata memproduksi 40 unit kapal tongkang dan kapal tugboat. Satu unit kapal tongkang dijual dengan harga Rp30 miliar, sementara tugboat Rp20 miliar.

"Kalau sepaket (tugboat dan tongkang) sekarang dijual dengan harga Rp50 miliar," ujarnya.

Baca Juga: Suara Keras Terdengar, Jembatan Mahakam Samarinda Dihantam Kapal Tongkang Batu Bara

Hengky mengatakan pembeli kapal tongkang maupun tugboat kebanyakan pengusaha nasional. "Jadi pembelinya bukan pengusaha asing, paling banyak itu justru pengusaha dari berbagai daerah di Indonesia," katanya.

Harga kapal tongkang dan tugboat meningkat lantaran harga bahan baku dan suku cadangnya naik. PT Bahtera Bahari Shipyard, yang dinakhodainya, juga kesulitan mengimpor suku cadang maupun bahan baku untuk material pembuatan kapal tersebut.

"Kami impor barang-barang yang dibutuhkan itu dari Korea, Ukraina, Jepang dan China. Negara-negara itu sempat lockdown sehingga kami kesulitan membeli barang-barang untuk memproduksi kapal," ucapnya.

Hengky yang memulai bisnis produksi kapal tongkang, tugboat, bahkan kapal pesiar sejak tahun 2005 itu mengatakan bisnis pembuatan kapal ini menguntungkan. Menurut dia, bisnis pembuatan kapal akan terus berkembang seiring dengan perdagangan mineral, seperti alumina, biji besi, nikel, dan batubara.

"Saat ini, harga bahan mineral yang diekspor meningkat 100 persen sehingga cadangan devisa Indonesia tetap ada, dengan nilai yang cukup tinggi di tengah hantaman pandemi," tuturnya. (Antara)

Baca Juga: Pelindo II: Trestle Pelabuhan Internasional Kijing Ambruk Dihantam Tongkang

REKOMENDASI

TERKINI