Suara.com - Hingga pertengahan tahun 2021, rasio utang luar negeri pemerintah Indonesia terus mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Per Juni 2021, tercatat jumlahnya mencapai Rp 6.554,56 triliun.
Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Noer Azam Achsani pun meminta kepada pemerintah untuk kalem dalam menarik utang disaat ekonomi yang sedang lesu akibat pandemi Covid-19.
Bahkan Noer mengibaratkan jumlah utang Indonesia bagai bus besar yang tengah berjalan dengan kondisi yang tidak begitu baik.
"Kita ini ibarat naik bus besar, jalan kencang di tol, padahal ada banyak tanda masalah," kata Noer dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom, Kamis (26/8/2021).
Baca Juga: Negara Tagih Utang Rp 2,61 T pada Tommy Soeharto, Dipanggil Satgas BLBI
Untuk itu dirinya meminta kepada pemerintah agar untuk berhenti sejenak dalam menarik utang dan melihat kondisi yang sebenarnya telah terjadi pada ekonomi dalam negeri.
"Kalau saya bilang mungkin ada baiknya kita parkir dulu deh di rest area, baru kita lihat lagi ini semua aman tidak, kalau aman baru dipacu lagi," katanya.
Ia mengatakan usulan agar penarikan utang sedikit direm karena jumlahnya sudah terlalu tinggi. Dia bilang per Juni 2021, tercatat jumlahnya mencapai Rp 6.554,56 triliun.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi kata dia adalah soal utang yang jatuh tempo dengan waktu yang dekat, dari catatannya saja hingga 5 tahun kedepan utang jatuh tempo yang harus dibayarkan oleh pemerintah meningkat drastis.
"67 persen SBN yang akan jatuh tempo pada 2025 itu dikeluarkan pada 2018, 2019, 2020. Kalau ditarik dari 2015, porsinya naik jadi 84 persen yang akan jatuh tempo pada 2025. Ini menunjukkan kekhawatiran," katanya.
Baca Juga: Satgas BLBI Panggil Tommy Soeharto, Didesak Selesaikan Utang Negara Rp 2,61 Triliun