Cukai Rokok Naik, Omzet Pedagang Terancam Anjlok

Kamis, 26 Agustus 2021 | 08:57 WIB
Cukai Rokok Naik, Omzet Pedagang Terancam Anjlok
Ilustrasi puntung rokok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rencana kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang akan dilakukan pemerintah pada tahun depan membuat pedagang dan koperasi ritel ketar-ketir, mengingat saat ini omzet pelaku usaha anjlok hingga 50% akibat pandemi yang melemahkan daya beli konsumen.

Asosiasi Korperasi Ritel Indonesia (Akrindo) berharap agar pemerintah tidak terburu-buru menaikkan tarif cukai rokok pada 2022.

Ketua Akrindo Sriyadi Purnomo menegaskan, ketika tarif cukai rokok naik, konsumen akan memilih dan memilah rokok berdasarkan pertimbangan harga. Akrindo saat ini menaungi sekitar 900 koperasi ritel di Jawa Timur.

"Otomatis konsumen berkurang, omzet juga berkurang," ujar Sriyadi kepada wartawan yang ditulis Kamis (26/8/2021).

Baca Juga: Dokter Sebut 4 Orang Meninggal Setiap Jam karena Kanker Paru, Gara-gara Rokok?

Sriyadi mencontohkan, toko retail di kawasan industri, baik di sekitaran pabrik dan perkantoran, adalah pihak yang paling merasakan dampak pandemi.

Dia juga melihat fenomena bahwa selama pandemi, tidak sedikit kaum pria sebagai kepala rumah tangga mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga para istri yang kini menjalankan fungsi sebagai tulang punggung keluarga.

"Seperti yang terjadi di Jawa Timur, para suami-suami pekerja terkena PHK, maka istri yang merupakan buruh linting harus mengambil peran pencari nafkah. Mengatasi situasi sulit seperti itu, mereka mulai berjualan," tutur Sriyadi.

Situasi ini membuktikan bahwa kehadiran pabrik rokok, khususnya sigaret kretek tangan (SKT), justru menjadi pendukung nafkah bagi keluarga buruh rokok yang didominasi perempuan.

"Jika tidak ada kenaikan cukai SKT di 2022, maka SKT tetap bisa bertahan untuk membantu pengangguran dan kemiskinan, juga membantu perekonomian dan masyarakat setempat di lingkungan yang di situ ada SKT-nya. Mutiplier effect-nya sangat luas sekali," katanya.

Baca Juga: Warung Kelontong Mesti Diedukasi Untuk Tak Boleh Jual Rokok ke Anak

Sriyadi mengatakan, kehadiran SKT menggerakkan roda perekonomian di daerah setempat.

"Adanya kos-kosan, pasar kaget sore dan pagi, dan bisnis apapun itu juga banyak sekali membantu masyarakat sekitar, khususnya mereka yang terkena PHK karena pandemi," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI